UB Gelar Konferensi Internasional tentang Disabilitas

TIMESINDONESIA, MALANG – Universitas Brawijaya (UB) menggelar konferensi internasional yang dikemas dalam International Conference on Disability and Diversity in Asia. Kegiatan ini melibatkan penyandang disabilitas di Indonesia dan beberapa perwakilan negara.
Konferensi tersebut diselenggarakan di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Selasa (24/9/2019). Konferensi berlangsung hingga besok, Rabu (25/9/2019) dengan mengundang beberapa keynote speaker dan 80 lebih presenter.
Advertisement
Dalam laporan panitia, terdapat 100 lebih paper yang masuk. Namun, hanya 80 peserta yang dapat mempresentasikan papernya karena kendala waktu. Diskusi dan pemaparan paper dilakukan dalam panel yang terbagi dalam beberapa ruangan.
Universitas Brawijaya yang menjadi tuan konferensi bagi penyandang disabilitas ini juga dalam rangka Dies Natalies ke-57 Universitas Brawijaya.
Konferensi ini mempertemukan para peneliti, dengan pendukung disabilitas dan pembuat kebijakan untuk berbagi pengetahuan serta praktik-praktik inklusi disabilitas di berbagai negara Asia.
Australia-Indonesia Disability Research and Network (Aidran) adalah lembaga yang menginisiasi konferensi tersebut.
Presiden AIDRAN, Dina Afrianty menjelaskan bahwa konferensi ini merupakan wadah berbagi para penyandang disabilitas untuk membantu para peneliti dan pembuat kebijakan agar lebih memahami mereka.
"Konferensi ini merupakan kesempatan untuk belajar dari negara lain sekaligus kesempatan untuk para penyandang disabilitas untuk berbagi pengalaman kesehariannya. Agar para peneliti dan pembuat kebijakan lebih memahami tantangan dan hambatan yang mereka hadapi," katanya.
Topik-topik yang didiskusikan mencakup peningkatan akses bagi penyandang disabilitas pada layanan publik seperti pendidikan, kesehatan, peluang kerja, serta partisipasi dalam kehidupan politik, sosial dan budaya.
Sementara itu, Co-Founder dan Sekretaris Pusat Studi Layanan Disabilitas (PSLD) UB, Slamet Tohari menuturkan bahwa pihaknya telah menyediakan berbagai layanan bagi penyandang disabilitas untuk memudahkan studi mereka.
"Kami memastikan bahwa mahasiswa penyandang disabilitas didukung untuk melanjutkan studi mereka, termasuk digitalisasi buku, dukungan akademik dan pelatihan," tutur pria yang pernah menjadi bintang tamu dalam acara Kick Andy tersebut.
Slamet mengungkapkan, saat ini PSLD sudah melayani sekitar 100 mahasiswa penyandang disabilitas dari semua fakultas. Selain itu, PSLD juga melakukan penelitian tentang isu-isu disabilitas dan melakukan advokasi secara inklusif dalam lingkungan UB.
"Kami berharap konferensi ini menghasilkan ide-ide baru yang dapat digunakan pemerintah untuk mendukung upaya memenuhi hak-hak penyandang disabilitas serta bukti yang dapat digunakan dalam mengadvokasi disabilitas," tutupnya.
Tema konferensi tahun ini mencerminkan pentingnya hak-hak disabilitas untuk pembangunan di Indonesia yaitu "Diversity and Disability Inclusion in Asia: Theorizing Advocacy and Research for Disability Policy and Social Inclusion"
Panitia pelaksana konferensi internasional ini, Unita Werdi Rahajeng berharap kegiatan ini bisa menjadi ajang pertukaran gagasan atau transfer of knowledge. "Kita mau sharing knowledge bagaimana kebijakan terkait disabilitas dipraktikkan. Misalnya di Australia, pemerintah bisa concern dengan pelayanan disabilitas. Hingga ini menjadi ajang bertukar sesuai dengan kompetensi dan kebutuhan masing-masing," ungkap Unita, yang juga Kepala bidang kajian PSLD UB. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Sholihin Nur |
Sumber | : TIMES Malang |