Peristiwa Daerah

USD Gelar Seminar Sanata Dharma Berbagi

Sabtu, 28 September 2019 - 09:04 | 162.53k
Suasana seminar di Ruang Kadarman Gedung Pusat Lt. 4 Kampus 2 USD, Mrican. Jum’at (27/9/2019). (FOTO: Ahmad Tulung/TIMES Indonesia)
Suasana seminar di Ruang Kadarman Gedung Pusat Lt. 4 Kampus 2 USD, Mrican. Jum’at (27/9/2019). (FOTO: Ahmad Tulung/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Universitas Sanata Dharma (USD) menggelar Seminar Sanata Dharma Berbagi.

Acara ini merupakan kegiatan rutin yang sudah dilaksanakan sejak sejak tahun 2014 dan Jumat (27/9/2019) merupakan seminar yang ke lima dalam tahun ini.

Advertisement

Seminar dengan tema Meninjau Kembali Relasi Kuasa dalam Sastra dan Seni Pertunjukan ini dihadiri oleh 2 narasumber utama dari Kampus USD diantaranya Dr. Yustina Devi Ardhiani, M.hum dengan judul makalah “Himpitan Rezim Seni dalam Kelompok Seni Sahita” dan Dr. Tatang Iskarna tema berjudul “Agama sebagai Aparatus Ideologi Penguasa dalam novel Arrow of God dan The River Between. Acara ini terpusat di Ruang Kadarman Gedung Pusat Lt. 4 Kampus 2 USD, Mrican. Jumat (27/9/2019).

Suasana-seminar-Yogyakarta-2.jpg

Wakil Rektor I Rohandi, Ph.D mengatakan seminar ini tidak lain adalah ingin menyebarkan hasil-hasil pemikiran teman-teman Dosen USD yang baru saja selesai menyelesaikan studi S3. Tentu pergulatan akademik mereka selama S3 itu sebuah kekayaan intelektual yang harus juga hasil-hasilnya disiarkan ke publik tidak hanya dalam bentuk jurnal ataupun tulisan yang lain.

Dengan cara itu menurutnya, akan semakin banyak masyarakat yang bisa belajar bersama, disatu sisi USD ingin berkontribusi lebih luas terhadap hasil-hasil pemikiran para Dosennya.

"Selain itu, kebetulan saja untuk yang hari ini ada dua Doktor yang belum lama menyelesaikan studinya, dan kalau hasil kajian mereka itu dipresentasikan bersama kira-kira tema hari inilah yang dipilih meninjau kembali relasi kuasa. Jadi lebih karena topik riset mereka itu bisa dikemas dalam kontek itu," ucapnya.

“Kegiatan ini akan semakin bermakna manakala ada banyak masyarakat yang hadir dan ingin mendiskusikan bersama, belajar bersama dan itu cita-cita USD. Jadi kegiatan ini tidak akan berhenti disini setiap ada Dosen yang selesai studi S3, mereka diminta untuk menyampaikan hasil-hasilnya ke teman-teman dan masyarakat. maka kita publikasikan ke berbagai perguruan tinggi dan akhirnya ada yang ingin menghadiri,” imbuhnya.

Dr. Yustina Devi Ardhiani, M.Hum, Dosen Program Studi (Prodi) Magister Ilmu Religi dan Budaya USD menyajikan makalahnya dalam beberapa bagian, pertama pemaparan tentang Sahita dan konsep-konsep inti.

Kedua, memperlihatkan bagaimana Sahita dan berkembang dalam rezim etik dan rezim representatif. Ketiga,  Membahas proses kratif Sahita dengan gaya Satiris ditengah dominasi rezim seni.

Sementara itu, keberadaan Sahita terombang-ambing diantara 3 rezim seni yang senantiasa tarik-menarik disetiap karya mereka yaitu rezim etik, rezim representatif dan rezim estetik.

Sahita menjadikan seni pertunjukan tidak saja sebagai panggung untuk mengajikan sebuah tontonan, tetapi di panggung seni pertunjukan Sahita menghadirkan ruang perjumpaan sekaligus ruang dialog antara  sesama pemain dan juga penonton.

Suasana-seminar-Yogyakarta-3.jpg

“Apa yang dilakukan Sahita tersebut menegaskan pengertian satire yang disampikan Simpson (2003:8), yaitu sebuah praktek diskursif yang melibatkan pelaku satire, pihak yang dilotari satir, dan pihak yang menjadi sasaran satir (yang dikritik),” terang Yustina

Dr. Tatang Iskarna Dosen Prodi Sastra Inggris USD dalam presentasi makalahnya menjelaskan bahwa dalam novel Arrow of God dan The River Between merupakan dua teks sastra yang mengajak pembaca untuk melihat kembali bagaimana relasi opresi antara penguasa kolonialis kapitalis Inggris dengan kaum pribumi Igbo dan Kikuyu digelar.

Menurutnya, alat-alat represif seperti militer, polisi, penjara, dan administrasi digunakan untuk mempertahankan relasi ini. Demikian juga, aparatus ideologi dalam wujud agama di Gereja, pendidikan di sekolah, relasi sosial dalam institusi keluarga, serta gaya hidup sehat modern dalam klinik-klinik kesehatan dan rumah sakit menjadi element penting dalam melanggengkan relasi opresi tersebut.

“Ketertundukan dan kataatan kaum terjajah terhadap penguasa kolonialis-kapitalis melalui aparatus ideologi dalam bentuk agama Kristen ini sangat efektif. Orang pribumi terjajah menjadi agent of chance dalam mengadopsi budaya baru ini sehinga relasi opresi tidak terlihat karena hal itu dianggap sebagai sesuatu yang alami dan sebagaimana mestinya,” ungkap Tatang

Dengan demikian lanjutnya, resistensi fisik yang bersifat sporadis tidak begitu berarti. Kegoyahan akan keyakinan kebenaran dalam aparatus ideologi agama kristen justu dapat terjadi ketika ideologi serta praktek prakteknya dibaca kembali dan ditafsir ulang untuk membongkar relasi opresi yang ada antara penguasa dan kaum tertindas.

“Harapan besar USD melalui forum ini adalah ingin berkontribusi secara lebih luas untuk menghasilkan hasil-hasil riset dalam kajian yang lebih baru. Jadi biasanya untuk program-program Doktor didorong untuk menghasilkan riset-riset yang terbaru, yang punya kontribusi dalam bidang keilmuan mereka maka sayang juga kalau tidak dibagikan,” kata Rohandi Wakil Rektor I USD ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Yogyakarta

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES