Kesaktian Pancasila, Dhimas Anugrah: Pancasila Rumah Bersama

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Gesekan sosial politik yang mengancam stabilitas nasional dan disintegrasi bangsa masih mewarnai Republik Indonesia yang sudah memasuki usianya yang ke-74.
Di tahun 2019 ini saja, ruang publik masih dipenuhi konflik berkelanjutan, baik berupa ujaran kebencian terkait suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), tindakan persekusi, maupun pelarangan ibadah terhadap kelompok agama tertentu.
Advertisement
Realitas terkini menunjukkan, tak jarang keberagaman dijadikan alat oleh pihak tertentu untuk memecah belah bangsa yang sejatinya telah bersatu sejak dahulu kala. Kemajemukan bangsa Indonesia dijadikan bahan bakar provokator untuk memantik perseteruan dan kekisruhan.
Pemerhati sosial dari Generasi Optimis (GO) Indonesia, Dhimas Anugrah, mengatakan bahwa fenomena tersebut tidak boleh dibiarkan karena akan mendorong terjadinya segregasi dan konflik horisontal berkepanjangan.
Dhimas mengatakan bahwa konflik yang dibiarkan berlarut-larut dan tidak diselesaikan akan mengorbankan peradaban bangsa serta generasi muda Indonesia.
Padahal, menurut Dhimas, saat ini bangsa Indonesia sedang berada dalam momentum kebangkitan peradabannya yang berlandaskan Pancasila. Filsafat dasar hidup berbangsa, Pancasila, masih menurut Dhimas, merupakan sebuah jalan keluar bagi bangsa Indonesia yang mejemuk, dan kini rakyat Indonesia didorong untuk menghidupi kembali filsafat Pancasila tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
"Pancasila adalah filsafat hidup, ideologi negara, dan cita-cita bangsa. Ia merupakan perekat bangsa kita yang bhineka. Penerapan nilai-nilai Pancasila ke dalam segenap aspek kehidupan masyarakat perlu kita lakukan demi utuhnya bangsa kita," kata Dhimas, Selasa (1/10/2019).
Dhimas mengatakan pancasila adalah rumah bersama yang membuat bisa berteduh, berlindung, dan merasa aman.
“Nenek moyang kita telah hidup dalam nilai-nilai Pancasila, jauh sebelum Bung Karno menemukan dan menamai nilai-nilai itu Pancasila. Kita harus tetap hidup dalam nilai-nilai Pancasila itu demi keutuhan bangsa kita."
Pancasila, menurut Dhimas, merupakan penerjemahan karakter asli bangsa Indonesia. Sehingga, pemerintah, lembaga agama, lembaga pendidikan, partai politik, organisasi masyarakat, organisasi kepemudaan, dan komunitas-komunitas berkewajiban menanamkan nilai-nilai Pancasila tersebut agar dinamika di tengah masyarakat dapat berjalan tanpa perdebatan mengenai perbedaan SARA.
"Pancasila selain untuk merajut keberagaman suku, agama, dan ras, juga menjadi landasan berpikir kita dalam menghadirkan kebijakan yang adil dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Pancasila bisa sebagai acuan kita dalam menyelesaikan permasalahan yang dialami petani, buruh, nelayan, maupun staf kantor," ujar Dhimas.
Pemerhati asal Surabaya itu mengatakan bahwa Pancasila merupakan rahmat Allah bagi bangsa Indonesia yang plural, sehingga mustahil Indonesia bisa bertahan tanpa Pancasila.
"Pancasila itu juga bisa menjadi acuan kita dalam mengurai persoalan ketimpangan pembangunan, ketimpangan ekonomi, atau ketidakadilan sosial,” katanya.
"Pancasila itu sakti karena merupakan rahmat Tuhan sendiri bagi bangsa kita. Mustahil bangsa kita dapat bertahan tanpa Pancasila. Maka dari itu bagi pihak-pihak yang ingin mengganti Pancasila dengan ideologi yang lain, lebih baik urungkan niat itu. Jangan memaksakan ideologi lain untuk menggantikan Pancasila, Jika tidak setuju dengan Pancasila, jangan tinggal di Indonesia," pungkas Dhimas yang namanya masuk dalam bursa calon Wali Kota Surabaya itu. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Irfan Anshori |
Publisher | : Rizal Dani |
Sumber | : TIMES Surabaya |