Peristiwa Daerah

Sakralitas Malam Jumat Legi di Makam Tegalsari Ponorogo

Kamis, 21 November 2019 - 23:47 | 284.17k
Makam Kiai Muhammad Besari Tegalsari Ponorogo selalu ramai dikunjungi masyarakat. (FOTO: Marhaban/TIMES Indonesia)
Makam Kiai Muhammad Besari Tegalsari Ponorogo selalu ramai dikunjungi masyarakat. (FOTO: Marhaban/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PONOROGO – Malam Jumat Legi, merupakan satu di antara sekian banyak hari yang dianggap sakral sebagaian masyarakat Jawa. Seperti yang terjadi di Makam Kiai Ageng Muhammad Besari, di area Masjid Tegalsari, Jetis, Ponorogo, Jawa Timur, Kamis (21/11/2019).

Hampir setiap malam Jumat makam tersebut selalu banyak dikunjungi masyarakat dari berbagai kota dil uar Ponorogo.

Advertisement

Kia Muhammad Besari sendiri, adalah ulama besar sekaligus pendiri pesantren Tegalsari 2 abad silam. Ulama ini adalah keturunan pendiri kerajaan Majapahit, Raden Wijaya, sedangkan dari keturunan ibu (Nyai Anom Besari), nasabnya sampai kepada Rasulullah SAW, melalui garis Sayyidah Fatimah Az-Zahro.

Makam-Kiai-Muhammad-Besari-Tegalsari-Ponorogo-2.jpg

Dari situlah masyarakat meyakini bahwa Makam Kiai Muhammad Besari menjadi salah satu makam yang harus diziarahi.

Sebagain masyarakat menggunakan waktu Jumat Legi untuk berziarah karena keistimewaannya. "Saya meyakini  fenomena ini menunjukkan bahwa masyarakat Jawa memahami Jumat Legi memiliki keterkaitan erat dengan makam atau roh yang menghuni sebuah makam," kata Imam, salah satu peziarah asal Trenggalek.

Menurut dia, Jumat Legi membawa pemahaman dalam kesadaran masyarakat bahwa hari ini mengingatkan manusia kepada asal-usulnya.

Sementara imam Masjid Tegalsari Kiai Qomaruddin kepada TIMES Indonesia mengungkapkan bahwa tradisi nyekar ke makam-makam para leluhur atau makam yang diyakini keramat pada Jumat Legi adalah praktik nyata kesadaran untuk mengingat asal-usul kehidupan.

"Ajaran Islam juga turut mendorong pemaknaan sakralitas nyekar pada hari atau malam Jumat, meski tidak secara khusus menunjuk Jumat Legi," ungkap Kiai Qomaruddin.

Kiai Qomaruddin juga menjelaskan ajaran Islam menyebut bahwa hari Jumat merupakan hari agung, waktu di mana pahala seseorang dilipat gandakan ketika ia beramal.

Hal ini menjadi suatu alasan bahwa nyekar akan bernilai lebih jika dilakukan pada malam Jumat. "Selain itu, hari Jumat juga diyakini oleh kalangan muslim Jawa sebagai waktu kembalinya arwah leluhur menjenguk mereka yang masih hidup, bukan hanya itu, arwah tersebut juga mengharap doa dari mereka yang masih hidup," jelas imam Masjid Tegalsari, Ponorogo ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Ponorogo

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES