Kopri PMII Tulungagung Kupas Soal Gender dan Hukum

TIMESINDONESIA, TULUNGAGUNG – Kopri PMII Tulungagung menggelar Bedah Buku dan Sarasehan Alumni, Jumat (29/11/2019) di Aula Utama IAIN Tulungagung. Forum tersebut menyoal isu gender dan hukum dari berbagai perspektif.
Acara dilaksanakan dalam rangka untuk memperingati Harlah ke-52 Kopri PMII dengan mengusung tema Tumbuh Subur Perempuan, Junjung Tinggi Kesetaraan.
Advertisement
Ketua Kopri PMII Cabang Tulungagung Utri Suciati mengatakan, kader Kopri PMII didorong mampu menguasai persoalan gender. Penguasaan isu dinilai penting karena, kata dia, narasi yang disebarkan tentang perempuan masih tumpang tindih.
“Peran perempuan perlu dilihat dari kacamata luas. Tidak hanya peran seorang pekerjaan rumah tangga, tapi jauh dari itu, ada peran strategis yang kerapkali juga dilakukan oleh perempuan,” katanya.
Sebagai perempuan dan kader kopri, lanjut dia, tidak harus setara dalam segala hal antara laki-laki dan perempuan. Namun, perempuan terutama kader Kopri harus menciptakan sinergitas untuk saling melengkapi dalam berposes.
Acara turut dihadiri Mabinda Kopri PMII Jawa Timur Dr Dian Ferricha sekaligus penulis buku, Ketua Kopri PMII Jawa Timur Dini Adhiyati, Mabin Kopri PMII Tulungagung sekaligus pembanding Dr Dzurrotun Mahnunin, Majelis Pembina Kopri Cabang Tulungagung Nihayatus Sholihah, Ketua PMII Cabang Tulungagung Afifudin, dan tamu undangan lainnya yang terdiri dari alumni berserta kader dari rayon serta komisariat.
Penulis buku berjudul Sosiologi Hukum dan Gender Dr. Dian Ferricha menyampaikan komposisi buku yang ditulisnya. Ia menjelaskan adanya marginalisasi, stereotype, beban ganda, hak-hak perempuan dan kewajiban dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Ketua Kopri PMII Jawa Timur Dini Adhiyati menjelaskan, keterkaitan intelektualitas para kader Kopri mengalami degradasi. Ia menyontohkan, seperti dalam menghadiri kajian atau seminar, membaca buku, menulis dan lain sebagainya.
“Pola pikir dan cara pandang Kopri akan menentukan bagaimana arah gerak Kopri ke depannya,” ungkapnya.
Ia berharap, kader Kopri mampu meningkatkan intelektualitas untuk mengawal kebijakan-kebijakan publik dan menjadi inspirasi bagi perempuan Indonesia.
Dzuharatul Mahnunin, pembanding kedua membeberkan bahwa memahami kesetaraan tidak hanya kesepakatan yang diperlukan, tapi adanya sebuah kompromi juga harus digunakan untuk memutuskan sesuatu sehingga mencapai mufakat.
“Terutama kompromi dalam lingkup keluarga antara suami dan istri khususnya. Perlu dibangun agar dapat saling memahami satu sama lain,” akunya.
Acara berlangsung meriah. Dibuka dengan iringan tarian sufi dan disaksian ratusan peserta bedak buku yang hadir. Secara simbolis dan bentuk syukuran, panitia menyediakan pemotongan tumpeng sebagai bentuk perayaan Harlah ke-52 Kopri PMII.
Bedah buku dan sarasehan alumni berlangsung akrab dan sarat akan nuansa kekeluargaan. Alumni, pengurus dan kader Kopri PMII Tulungagung usai diskusi soal gender dan hukum, dilanjutkan ramah tamah dan silaturrahmi dalam bingkai pergerakan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |