Melawan Stigma, 10 Tahun Pendeta Chrysta Andrea Dampingi ODHA

TIMESINDONESIA, MALANG – Pendeta Chrysta Andrea merupakan seorang rohaniwan yang peduli dengan ODHA. Dirinya telah berjejaring dengan banyak relawan untuk membina suatu desa di Malang Selatan yang menjadi pusaran IMS (Infeksi Menular Seksual).
Baginya, ODHA (pasien HIV/AIDS) adalah tetap manusia. Menurutnya, seorang ODHA yang kerap dilekatkan dengan stigma buruk justru semakin memojokkan posisi penderita. Hal ini justru semakin membuat rasa manusia dalam diri ODHA hilang bahkan memburuk. Ini justru membuat penyebaran penyakit AIDS semakin merajalela.
Advertisement
"Kemanusiaan di dalam penderita ini harus kita jaga. Biasanya orang yang mendapatkan penyakit ini rasa yang paling pertama muncul adalah bingung. Nah, perasaan bingung ini kalau tidak ditemukan penyebabnya akan menumbulkan rasa marah. Nah, rasa marah ini akan melahirkan dendam dan menularkan penyakit AIDS kepada sekitarnya. Ibarat kata itu golek konco (cari teman)," jelas Pendeta Andrea.
Kondisi ini diperparah dengan stigma yang dilekatkan masyarakat kepada penderita AIDS. Memang, seringkali penderita AIDS dianggap terlibat dalam aktivitas pergaulan bebas.
Padahal, Pendeta Andrea menjelaskan, bahwa penularan AIDS tidak melulu disebabkan oleh aktivas seksual. AIDS ditularkan melalui luka, cairan yang dikeluarkan oleh alat kelamin, dan transfusi darah yang tidak steril.
Namun, kesadaran masyarakat akan hal ini masih minim. Hal inilah yang membuatnya harus turun tangan mengenai isu ini.
"Permasalahan utamanya selain dari kepribadian penderita sendiri adalah keluarga dan masyarakatnya. Malah ada seorang ibu yang terkena AIDS, lantas melahirkan seorang anak. Nah, ketika anak itu di sekolah mirisnya tidak ada yang mau mendekatinya. Parahnya lagi gurunya turut mengimbau orangtua lain untuk menjauhinya," paparnya.
Problematika inilah yang sedang dirinya coba untuk atasi melalui beberapa tindakannya yang berfokus pada penanganan dan preventif. Dirinya bersama dengan jaringan relawan dan dinas kesehatan mencoba untuk mengayomi dan mendampingi ODHA. Namun, tidak dipungkiri dirinya juga mendapatkan berbagai halangan.
"Yang didahulukan adalah bagaimana cara mendekati penderita, keluarga penderita, dan masyarakat. Seringkali ada yang merasa saya ini berniat lain atau mereka hanya sebagai objek," jelasnya.
Dirinya juga seringkali mendapatkan cercaan sebagai "Pendeta AIDS" dan dikucilkan. Namun dirinya tidak menyerah. Selama 10 tahun, bahkan hingga kini, dirinya masih aktif sebagai pendamping ODHA.
"Ya kalau mau berbuat baik dan beragama ya jangan baperan. Kalau baperan itu jadi susah," ujarnya santai.
Menanggapi hal itu dirinya menganggap hanya angin lalu. Benar saja, usahanya akhirnya membuahkan hasil. Salah satu kecamatan binaannya yang terdapat di wilayah Malang Selatan mulai sadar akan pentingnya pengetahuan tentang AIDS dan mengayomi penderitanya.
"Awalnya kita, saya, dan relawan mendatangi desa tersebut untuk tes AIDS, memberikan pemahaman dan pendampingan, bahkan tindakan preventif. Namun usai 3 tahun, saya terharu, akhirnya mereka datang sendiri ke Puskesmas untuk mendapatkan antiretroviral (ARV)," jelasnya.
Dirinya berpesan agar masyarakat tetap waspada dengan AIDS namun tidak buru-buru melayangkan cap negatif pada penderita. Sebagai rohaniwan, Pendeta Andrea mampu mencontohkan bagaimana menyikapi AIDS pada umumnya.
"Wong mereka sama aja dengan kita kok. Nggak ada bedanya. Mereka ya manusia kita ya manusia, pokoknya jangan buru-buru memberikan stigma negatif. Mereka juga saudara kita. Bayangkan saja mereka sudah sakit malah kena stigma. Kan kasihan," tutup Pendeta Chrysta Andrea merupakan seorang rohaniwan yang peduli dengan ODHA itu. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dody Bayu Prasetyo |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |
Sumber | : TIMES Malang |