Puskesmas Mlilir Kabupaten Madiun Tangani ODGJ dengan Aji Mumpung

TIMESINDONESIA, MADIUN – Puskesmas Mlilir Kabupaten Madiun memiliki inovasi di bidang layanan kesehatan yang terbilang menantang. Inovasi tersebut diberi nama Aji Mumpung kepanjangan dari Asuhan Jiwa Masuk Kampung.
Layanan penanganan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) tersebut membuahkan hasil. Sejumlah ODGJ yang ditangani Puskesmas Mlilir kini bisa kembali hidup bermasyarakat dan produktif.
Advertisement
"Ada yang sebelumnya dipasung sekarang sudah bisa bekerja," ujar Titik Harimurti, perawat sekaligus programmer kesehatan jiwa Puskesmas Mlilir, Jumat (13/12/2019).
Menurut Titik, setiap bulan Puskesmas Mlilir membuka layanan posyandu jiwa. ODGJ di wilayah kerja puskesmas yang datang ke posyandu akan diperiksa kesehatannya. Mulai dari pemeriksaan kesehatan fisik seperti cek tensi dan berat badan hingga perkembangan perilaku.
"Kami juga melakukan kunjungan ke rumah. Selain memeriksa kondisi ODGJ, kami melakukan konseling dengan orang tua atau keluarga tentang penanganan dan perawatan ODGJ," jelas Titik.
Ari Zegiantoro dan Muhammad Rifai adalah contoh keberhasilan penanganan ODGJ Puskesmas Mlilir. Dua orang pemuda tersebut sebelumnya menderita schizophrenia. Saat ditemukan oleh petugas puskesmas kondisi keduanya cukup memprihatinkan. Bahkan salah seorang di antara mereka kerap mengamuk dan terpaksa dipasung.
Setelah mendapat perawatan di rumah sakit jiwa dan mengikuti posyandu jiwa di Puskesmas Mlilir, Ari dan Rifai kini bisa berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik. Bahkan keduanya bisa melakukan aktivitas produktif. Ari bisa membuat batu bata untuk dijual. Sedangkan Rifai bekerja di pabrik kerupuk.
"Belajar membuat batu bata dari tetangga. Sekarang bisa buat sendiri bersama ayah. Sehari bisa menghasilkan 500 batu bata," ujar Ari.
Pemuda berusia 27 yang hanya lulus SD itu mengaku senang ada aktivitas yang bisa dilakukan. Saat kondisi kejiwaannya masih terganggu, Ari mengaku sering mendapat bisikan-bisikan yang menyuruhnya berbuat sesuatu. Setelah mengkonsumsi obat dan sibuk dengan pekerjaan membuat batu bata, dia tidak lagi mengalami hal itu.
"Saya masih kontrol ke puskesmas dan minum obat. Tapi sudah kayak biasa (normal)," tutur Ari.
Sementara Rifai memilih bekerja di pabrik kerupuk. Dia bekerja membantu packing kerupuk. Pemuda berusia 25 tahun itu mengaku ingin punya usaha sendiri. Sekarang dia masih belajar bagaimana membuat kerupuk.
"Ingin punya usaha sendiri. Tapi mengemas kerupuk yang sudah jadi saja," ungkapnya.
Sama halnya dengan Ari, schizophrenia yang diderita Rifai membuatnya sering resah dan ketakutan. Meskipun sekarang masih mengkonsumsi obat, tapi Rifai sudah dapat beraktivitas normal.
"Minum obat dua hari sekali. Sudah tidak pernah mikir yang aneh-aneh lagi," ungkapnya.
Dua pemuda yang pernah mengidap gangguan jiwa itu sekarang tampil percaya diri dan tidak canggung bertemu dan berbincang dengan orang lain. Bahkan mereka ikut menjaga stan pameran Puskesmas Mlilir bersamaan dengan kegiatan senam bersama dan jalan sehat memperingati hari kesehatan.
"Hasil karya ODGJ kami pamerkan di stan. Supaya masyarakat tahu bahwa mereka juga bisa produktif," ujar Siti Susilowati petugas promkes Puskesmas Mlilir, Kabupaten Madiun. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |
Sumber | : TIMES Madiun |