Peristiwa Daerah

Stanislaus Riyanta Memprediksi Perayaan Natal Tahun Ini Aman dan Lancar 

Senin, 23 Desember 2019 - 23:33 | 26.46k
Analis Intelijen dan Keamanan  Stanislaus Riyanta (FOTO: Stanislaus for TIMES Indonesia)
Analis Intelijen dan Keamanan  Stanislaus Riyanta (FOTO: Stanislaus for TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Analis intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta memprediksi perayaan Natal 2019 akan berlangsung dengan aman dan lancar.

"Pemerintah yang wajib melindungi dan memastikan warganya dapat merayakan Natal dengan baik. Apel pasukan TNI dan Polri dilakukan di masing-masing wilayah untuk memastikan kesiapan aparat keamanan. Sampai saat ini saya percaya betul bahwa kekuatan TNI, Polri dan BIN mampu mengatasi itu semua," ujar Stanislaus kepada wartawan di Jakarta, Senin (23/12/2019).

Advertisement

Namun, dia mengingatkan para aparat agar memperhatikan beberapa hal terkait pengamanan tahun ini. Salah satunya adalah memperketat akses provokator masuk ke ruang-ruang ibadah dan terus memantau gerak-geriknya hingga tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan saat acara perayaan Natal berlangsung. 

"Beberapa hal patut diperhatikan terkait situasi keamanan menjelang dan pada saat perayaan Natal 2019 nanti. Berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, kekhawatiran terkait adanya gangguan keamanan pada saat perayaan Natal cukup wajar. Beberapa aksi teror terutama bom malam Natal yang pernah terjadi secara serentak di beberapa kota menjadi peristiwa buruk dalam kebebasan beragama di Indonesia," imbuhnya.

"Sejak kasus bom malam Natal pada tahun 2000, relatif sistem keamanan pada saat pelaksanaan perayaan Natal relatih lebih baik.  Bom malam Natal yang terjadi secara serentak di Medan, Pematang Siantar, Batam, Pekanbaru, Jakarta, Bekasi, Sukabumi, Bandung, Pangandaran, Kudus, Mojokerto, dan Mataram menjadi pelajaran berharga bagi aparat keamanan untuk tetap waspasa sekaligus melakukan upaya deteksi dini dan cegah dini ancaman terorisme pada saat perayaan Natal," tuturnya.

Selanjutnya dia memaparkan beberapa fakta historis bahwa saat ini kelompok teroris yang eksis adalah kelompok yang berafiliasi dengan ISIS. Kelompok teroris tersebut dalam melakukan serangan lebih bersifat sporadis dengan sasaran lebih banyak pada anggota Polri dan markas atau bangunan milik Polri. 

Kelompok yang berafiliasi dengan ISIS juga melakukan serangan ke tempat ibadah (Gereja) seperti yang pernah terjadi di Samarinda, Surabaya, Yogyakarta dan lainnya. Namun serangan tersebut tidak sekuat yang dilakukan kelompok Al-Jamaah Al-Islamiyyah (JI) yang berafiliasi dengan Al-Qaeda.

Pola perekrutan dan pelatihan yang sangat berbeda membuat model aksi antara kelompok teroris yang afiliasi Al Qaeda dengan ISIS juga berbeda.

"Pasca UU Nomor 5 Tahun 2018 tentang Anti Terorisme diberlakukan maka kelompok radikal di Indonesia mendapat tekanan yang sangat kuat dari penegak hukum. Pasca kasus di Pandeglang dan Medan tahun ini, kelompok radikal di Indonesia nampak kocar kacir. Namun pengaruh situasi global yaitu terdesaknya ISIS di Timur Tengah dan kematian pimpinan ISIS Abu Bakr al-Baghdadi oleh pasukan Amerika justru membuat niat kelompok radikal untuk melakukan aksi balas dendam semakin kuat. Hal inilah yang tetap harus diwaspadai," ujar Stanislaus.

Nah dalam hal ini, kata Stanislaus, untuk mewaspada aksi teror tersebut aparat keamanan sudah melakukan upaya-upaya signifikan untuk mengurai dan mengeleminasi kekuatan kelompok radikal pelaku teror. Berbagai celah yang bisa menjadi celah masuknya ancaman teror (security gap) ditutup.

Selain itu pengamanan perinagtan Natal di internal Gereja juga terus ditingkatkan. Hal yang paling penting seperti mengenali dan memastikan setiap orang yang masuk ke Gereja adalah orang yang beribadah, bukan untuk tujuan lain, menjadi kunci situasi yang aman.

"Jika hal tersebut bisa dilakukan oleh aparat keamanan dan pihak Gereja dengan baik, serta masyarakat juga ikut peduli dengan situasi keamanan di wilayahnya masing-masing makan prediksi situasi perayaan Natal yang aman dapat terwujud. Perhatian khusus untuk mewujudkan situasi aman pada perayaan Natal dapat dilakukan terhadap orang yang bukan warga gereja dan niat untuk melakukan perayaan Natal diragukan," ujar Stanislaus Riyanta. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Jakarta

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES