Menyelami Karomah Kewalian Gus Miek Murid Nabi Khidir

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Saat Gus Miek berpulang kehadirat Illahi pada 5 Juni 1993, lautan dzikir menggema hampir di seluruh penjuru Pondok Pesantren Al Falah, Mojo, Kediri, Jawa Timur.
Konon menurut cerita ibu saya, piring, gelas, dan semua alat dapur ikut bergetar. Ibu adalah pengagum berat Gus Miek. Ini membuat saya juga rutin mengikuti pengajian Dzikrul Ghafilin sejak kecil. Sebuah ritual pengingat bagi mereka yang lupa. Gerakan spiritual maha dahsyat ini telah diciptakan oleh KH. Hamim Tohari Djazuli atau akrab disapa Gus Miek.
Advertisement
Dzikrul Ghafilin selalu banjir jamaah dari Nahdliyin. Ratusan bahkan ribuan. Mulai lepas subuh hingga malam. Tak ada yang jeda dari ungkapan puja pujian kehadirat Illahi. Amiin Ya Allah..Yaa Rahman Yaa Rahim..antal jawadul halim..wa anta ni'mal mu'in.
Inilah lakon Gus Miek. Kiai yang mendapat karomah kewalian dari Allah SWT.
Menundukkan Binatang
Sejak bayi, Gus Miek telah dikaruniai karomah luar biasa. Kala mulai merangkak, ibunya membawa ke kebun untuk mengumpulkan kayu bakar dan panen kelapa. Bayi itu ditinggalkan sendirian. Tiba - tiba dari semak belukar muncul seekor harimau.
Sang ibu lari menjauh dan lupa jika bayinya tertinggal. Begitu sadar, ia langsung mencari anaknya. Ibu melihat harimau itu duduk terpaku di depan sang bayi sambil menjilati kuku - kukunya seolah menjaga.
Laut dalam Mulut Gus Miek
Karomah Gus Miek bukan sekedar legenda. Kebiasannya berdakwah ke tempat seperti diskotik, klub malam, bahkan menyisakan kisah.
Suatu ketika Gus Miek menghampiri pengunjung diskotik yang sedang asik menenggak minuman keras. Saat itu juga Gus Miek mengambil sebotol minuman keras dan menenggaknya.
Pengunjung yang melihat bahwa itu adalah Gus Miek lantas keheranan dan bertanya.
"Gus kenapa ikut minum dengan kami ? Sampeyan (Anda) kan tahu kalau itu minuman keras yang dilarang oleh agama?" tanya orang itu.
Gus Miek pun menjawab.
"Aku tidak meminumnya. Aku hanya membuang minuman itu ke laut!" jawab Gus Miek.
Orang - orang tersebut tidak percaya dan masih bertanya - tanya. Padahal, menurut mereka, sudah jelas Gus Miek menenggak minuman keras tersebut.
"Sampeyan semua tidak percaya kalau aku tidak meminumnya tapi membuangnya ke laut?" Gus Miek akhirnya angkat bicara.
Lantas Gus Miek membuka mulutnya lebar - lebar. Mereka semua terperanjat karena melihat laut bergelombang dalam mulut Gus Miek. Saat itu juga mereka mendapatkan hidayah dari Allah untuk bertaubat dan meninggalkan minuman keras yang dilarang oleh agama.
Tentang Wanita
Suatu ketika Gus Farid putera KH.Ahmad Siddiq mengajukan pertanyaan yang kerap mengganjal hatinya.
"Gus bagaimana perasaan sampeyan tentang wanita?" tanya Gus Farid.
Gus Miek lantas menjawab. "Aku setiap kali bertemu wanita walaupun secantik apapun dia, dalam pandangan mataku, yang terlihat hanya darah dan tulang saja. Jadi jalan syahwat tidak ada."
Kebiasaan Gus Miek memakai kacamata hitam juga menjadi perhatian Gus Farid. Sebab, ternyata Gus Miek sering menangis saat melihat nasib buruk seseorang yang ia temui di jalan.
Misteri Ikan dan Burung Raksasa
Gus Miek mempunyai hobi memancing dan menonton orang memancing di tepi Sungai Brantas.
Pada saat banjir besar, Gus Miek tergelincir ke sungai dan tertelan pusaran air. Sampai beberapa jam, santri yang ditugaskan menjaga Gus Miek mencari di sepanjang pinggiran sungai. Dengan harapan menemukan Gus Miek akan tersangkut atau bisa berenang ke daratan.
Tetapi Gus Miek justru muncul di tengah sungai berdiri dengan ketinggian air hanya sebatas mata kaki saja. Sebab Gus Miek berdiri di atas punggung seekor ikan yang sangat besar. Menurut Gus Miek, ikan tersebut adalah piaraan gurunya.
Pernah pula suatu hari kail Gus Miek tersangkut ikan yang sangat besar dan menarik Gus Miek ke dalam sungai hingga tenggelam. Pengasuhnya kebingungan karena tidak ada orang yang bisa menolong. Hari masih sangat pagi sehingga suasana sepi dari orang memancing. Hampir dua jam pencarian tak ada titik terang. Pengasuh itu putus asa dan menyerah.
Karena takut mendapat murka dari KH. Djazuli dan Ibu Nyai Rodyiah, akhirnya pengasuh itu kembali ke pondok dan membereskan semua bajunya tanpa pamit.
Dalam cerita yang disampaikan Gus Miek kepada pengikutnya, ternyata Gus Miek bertemu dengan gurunya. Ikan tersebut adalah piaraan gurunya yang membawa Gus Miek menghadap gurunya yaitu Nabi Khidir.
Pertemuan itu hanya berlangsung lima menit. Namun kenyataanya Gus Miek naik ke daratan dan kembali ke pondok saat pukul empat sore. Beberapa bulan kemudian pengasuhnya kembali ke pondok usai mengetahui bahwa Gus Miek baik - baik saja.
Sungguh masih banyak karomah Gus Miek yang bisa diceritakan termasuk kedekatannya dengan Gus Dur. Semuanya menjadi pengingat diri untuk senantiasa memuji kebesaran Allah SWT. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |
Sumber | : TIMES Surabaya |