Teta Loko, Tradisi Nagekeo Mengenang Seseorang yang Mendapat Musibah

TIMESINDONESIA, FLORES – Teta Loko adalah tradisi masyarakat Kabupaten Nagekeo-Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam mengenang seorang yang telah meninggal akibat kecelakaan di lokasi kecelakaan terjadi.
“Tradisi Teta Loko ini adalah penghormatan (Loko) kepada orang yang telah meninggal pada lokasi kejadian kecelakaan. Pihak keluarga biasanya menggelar (Teta) atau selembar kain tenun tradisional,” kata tokoh adat Nagekeo, Vincensius, Sabtu (4/1/2020).
Advertisement
Menurutnya, dalam tradisi budaya Nagekeo saat kematian anggota keluarga dari pihak Embu Mame (paman) dan Ame Nala (saudara laki) biasa datang membawa kain sarung adat berupa ragi berwarna hitam dan berkembang kuning serta selembar hoba (kain tenun ikat khas Nage) berwarna merah sogan atau biru tua dengan kembang ukir berwarna putih bersama hewan babi dan tikar.
“Semua bawaan itu sebagai penghormatan bagi yang sudah meninggal dunia. Itu yang disebut Tau Loko dalam tradisi budaya Nagekeo. Sedangkan sarung adat berupa ragi dan hoba disebut Loko Lupa atau pembungkus jenazah. Sedangkan tikar sebagai alas membaringkan jenazah dan hewan babi disembelih pada saat jenazah dimakamkan,” ujarnya.
Vincensius menambahkan, peristiwa kematian yang tidak wajar akibat kecelakaan seperti jatuh ke jurang, hanyut di sungai, tenggelam di laut atau kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kematian di lokasi, ada semacam upacara khususnya.
“Kalau budaya orang Ngada atau Bajawa, kematian itu disebut Mata Golo. Jenazah orang yang meninggal demikian tidak dibawa masuk kedalam rumah. Jenazah itu ditempatkan di balai luar rumah beralaskan batang pisang. Sementara dalam budaya Nagekeo tetap diberikan penghormatan kepada jenazah, dibawa dan ditempatkan dalam rumah,” tuturnya.
Dari semua upacara penghormatan kepada jenazah, tetap seperti biasa. Namun orang Nagekeo melakukan sebuah penghormatan dengan cara bermacam, seperti kain utuh atau umbul-umbul yang diikat pada bambu lalu ditancapkan di tempat lokasi musibah.
Hingga saat ini, tradisi Teta Loko masih terus dijalankan masyarakat di Kabupaten Nagekeo. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Sholihin Nur |