Komunitas Reptil Edukasi Masyarakat Seputar Ular di CFD Ijen Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Reptile Addict Malang (RAM), sebuah komunitas pencinta reptil di Malang, memberikan edukasi seputar ular bagi masyarakat di Car Free Day (CFD) Ijen Malang, Jawa Timur, Minggu (5/1/2020).
RAM bergerak bersama dengan Klaras Edukasi dan NK Research Universitas Brawijaya (UB) Malang. Bincang ular yang digagas gotong royong ini mengupas teori dan praktik penanganan ular.
Advertisement
Panitia pelaksana Andi Hartik menjelaskan, agenda edukasi ini merupakan program perdana dari Klaras Edukasi. Sesuai namanya, komunitas ini, kata dia, bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang banyak hal.
"Berangkat dari kegelisahan kami, yaitu maraknya ular yang masuk ke permukiman warga, kami nilai penting untuk memberikan wawasan dasar tentang teknik menangani ular dengan aman," kata Founder Klaras Edukasi itu.
Hadir sebagai narasumber yaitu Ketua RAM Hafid Andrian dan peneliti dari NK Research Universitas Brawijaya Ahmad Muammar Kadafi. Mereka menyampaikan banyak hal tentang ular, jenis-jenis ular berbisa dan tidak berbisa, serta praktek rescue ular dengan aman.
Menurut Hafid, langkah yang perlu dilakukan ketika ketemu ular adalah dengan cara STOP. STOP adalah kependekan dari Silent (diem), Thinking (berpikir), Observe (amati), dan Prepare (persiapan).
Pertama yang dilakukan adalah diam. Artinya tetap tenang agar bisa berpikir jernih. Lalu, hentikan segala gerakan karena ular bereaksi terhadap gerakan di sekitarnya.
"Disarankan berteriak untuk meminta bantuan. Ular tidak begitu terpengaruh oleh getaran," ungkapnya.
Setelah melihat situasi dan menentukan hal yang akan kita lakukan, masih kata Hafid, persiapan adalah langkah selanjutnya. Misalnya, saat ular terlihat tenang, persiapan yang dilakukan adalah memilih ke arah mana kita akan melangkah. Lalu, melangkahlah dengan tenang.
"Jangan bergerak yang bisa memprovokasi ular," bebernya.
Sementara, Ahmad Muammar Kadafi menyampaikan bahwa ular bertempat di lokasi yang berpotensi ada makanannya untuk dimangsa. Selain itu juga habitat yang membuat mereka nyaman ditempati.
Biasanya tempat atau rumah yang banyak tumpukan barang bekas tak terpakai. Apalagi di rumah yang ada di dekat semak-semak dan sekitar sungai.
"Kalau menangani ular jangan dianggap sebagai musuh. Biasanya kan panik, hingga membuat ular lebih reaktif," ujarnya.
Bincang ular ini dihadiri ratusan masyarakat dari tua dan muda. Warga yang melakukan aktivitas olahraga, tak sedikit yang memantik mereka untuk singgah dan mengikuti diskusi.
Istin, salah satu pengunjung, bertanya bagaimana langkah yang bisa dilakukan saat ketemu ular tanpa melukai tapi bisa melindungi diri.
"Pertama, jangan panik. Kedua, sebisa mungkin jangan langsung dipegang karena gak tau ular itu berbisa atau enggak. Jangan sampai free handle, bisa gunakan alat atau stik di sekitar kita. Ketiga, kalau ada ember, langsung ditutup pakek ember. Ular tidak akan lari kemana-mana. Kalau lari ke belakang lemari, lebih susah. Dan cari pertolongan," jawab Kadafi.
Pria asal Jember itu menyarankan jika digigit ular, segera meminta pertolongan pertama ke rumah sakit terdekat. Apalagi bagi warga yang tidak tau apakah itu ular berbisa atau tidak.
Di Indonesia ada sekitar 77 jenis ular yang berbisa. Tapi anti bisa belum bisa mengcover semua jenis ular. Contohnya ular hijau yang berekor merah. Persebarannya di Sumatera, Sulawesi dan Jawa. Sedangkan anti bisanya hanya ada di Thailand.
"Ular hijau yang ekornya merah ya. Untuk hal medis saya sarankan ke dokter," imbuhnya.
Agenda yang diinisiasi Klaras Edukasi bersama Komunitas Reptile Addict Malang (RAM) dan NK Research UB itu berlangsung hingga akhir acara CFD Ijen Malang, sekitar pukul 09.00 WIB. Tak hanya belajar tentang ular, masyarakat antusias berfoto ria dan mencoba memegang ular. Tentu, dengan pantauan dan kawalan petugas di tempat. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |
Sumber | : TIMES Malang |