PB HMI Dukung Menteri BUMN RI, Romadhon: Awal 2020, Tahun Penuh Tantangan

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Ketua Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Indonesia (PB HMI) bidang Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Romadhon menilai awal tahun 2020 bagi Menteri BUMN RI, Erick Thohir adalah tahun yang penuh tantangan.
Menurut Romadhon, sejak masa pergantian tahun kemarin, Erick Thohir terus mendapatkan tantangan dan pekerjaan rumah yang cukup berat. Pasalnya, masih banyak BUMN yang merugi.
Advertisement
"Utang BUMN terus naik. Ada pula beberapa masalah baru yang bermunculan di perusahaan plat merah itu, belum selesai kasus Jiwasraya, muncul baru kasus korupsi PT Asabri yang angkanya lebih fantastis mencapai di atas 10 triliun," kata Romadhon kepada TIMES Indonesia di Jakarta, Sabtu (11/01/2020).
Romadhon juga menjelaskan bahwa awal tahun ini seakan tidak ada habis-habisnya masalah di perusahaan BUMN. Situasi seperti ini bisa membuat investor berpikir dua kali. Rakyat seakan diperlihatkan secara telanjang berbagai kasus di BUMN. Baru satu kasus ditemukan, kasus lain bermunculan.
"Mencuatnya kasus penyelundupan Harley Davidson dan brompton oleh petinggi PT Garuda Indonesia yang di selundupkan lewat pesawat Garuda yang baru dibeli, poles memoles laporan keuangan. belum selesai sampai disitu. Muncul kasus baru yang berentetan. Ini ada apa di BUMN, jika semua dibuka dan borok mulai ketahuan. Ini menandakan warisan menteri sebelumnya memang banyak bermasalah dari CGC (Good Corporate Governance)," Imbuhnya.
Menurutnya, langkah Erick Thohir terus bersih-bersih, dan berusaha mengurai satu-satu masalah. Selalu berpesan kepada semua direksi dan komisaris lebih mengutamakan akhlak, loyalitas dan teamwork. Di sini pentingnya gebrakan Menteri BUMN mengembalikan ekspektasi publik kepada BUMN yang profesional
Selanjutnya dia berharap, kementrian BUMN bisa mengubah penunjukan Kantor Akuntan Publik (KAP). Karena, rata-rata laporan keuangan perusahaan BUMN bermasalah dari polesan KAP. sehingga perlu dilakukan investigasi dan pemeriksaan seluruh KAP.
Romadhon juga menyarankan semua pihak agar bisa memberikan ruang kepercayaan kepada Erick Thohir untuk memperbaiki kinerja BUMN. Karena, kata dia, dengan segala permasalahan yang ada di BUMN tidak bisa dilakukan secara gegabah, perlu kehati-hatian.
"Kita bisa lihat setelah Kasus Garuda, ET juga memastikan kasus Jiwasraya ditangani dengan sebaik-baiknya. Secara hukum sudah dalam proses, dan tanggung jawab nasabah dipastikan akan dibayarkan. Saya rasa DPR tidak perlu terlalu bernafsu membentuk Pansus (Panitia khusus) Jiwasraya. Cukup RDP (Rapat Dengar Pendapat) dengan DPR, menurut saya cukup itu saja, toh semuanya masih terkoordinasi," tegas Romadhon.
Ia menilai Presiden Jokowi sudah tepat memilih Erick Thohir. Karena selain tujuan melayani publik dan profit oriented, BUMN mengemban moral hazard kepada publik. Ada ekspektasi lain dari publik di samping pelayanan prima dari BUMN.
"Pertama orientasi keberpihakan kepada publik (lebih banyak margin keuntungan diberikan kepada masyarakat dalam bentuk harga produk atau layanan yang terjangkau dan masuk akal). Kedua adanya beban moral BUMN untuk menjadi enterprises yang dapat menjadi kebanggaan nasional atau internasional bagi bangsa," terangnya.
Mengembalikan kepercayaan publik pada BUMN, harus didukung semua stakeholder dan masyarakat. BUMN harus jadi best benchmark dari bisnis model bagi pelaku pelaku usaha private sector. Ini karena selain dukungan negara dari kebijakan hingga pemodalan, BUMN selalu diharapkan para pelaku bisnis nasional untuk menjadi driven enterprises yang dapat menarik gerbong para pelaku bisnis-usaha lokal.
"Kita tetap kritis jika langkah Menteri BUMN RI, Erick Thohir keliru atau bahkan tidak menyelesaikan masalah. Sebaliknya pun demikian. Tetapi dalam memasuki 100 hari kerjanya, ET terus berupaya untuk mencapai target Key Performance Indicators (KPI). Kita harus dukung niat baik dari Kementerian BUMN agar tercapai sesuai arahan Presiden Jokowi," tutup Romadhon, Ketua PB HMI bidang BUMN. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |
Sumber | : TIMES Jakarta |