Peristiwa Daerah

My Father is All Father, Ungkapan Hati Seorang Anak Kepada Sang Ayah yang Purna Bakti TNI AD

Minggu, 16 Februari 2020 - 10:08 | 96.12k
Peltu Ludiyanto, saat menjalani purna bakti di TNI AD. (FOTO: Fredy for TIMES Indonesia)
Peltu Ludiyanto, saat menjalani purna bakti di TNI AD. (FOTO: Fredy for TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Pengabdianya tuntas sudah. Sejak saya lahir, dia tentara, saat saya tumbuh dia juga tentara. Ketika saya tumbuh dewasa dan menikah, bapak juga masih tentara.

Dia adalah bapakku, Ludiyanto. Kini peran yang melekat puluhan tahun dipundaknya telah dikembalikan ke pertiwi. Tuntas sudah tugasnya mengabdi secara denotatif untuk republik ini, dijenjang Pembantu Letnan Satu (Peltu).

Advertisement

Sedikit ingin saya berkisah tentang bapak. Dari sudut pandang saya sebagai anak, dia tak terlalu banyak menerapkan aturan baku. Tetapi sekali ada aturan yang dia buat, maka saya paham jika disitu ada batas-batas yang dia sampaikan. Dan saya tidak akan berani melanggar.

Bapak saya boleh seorang tentara, tapi jiwanya menurut saya lebih mirip seorang guru. Maklum, sebelum berseragam loreng, bapak yang lulusan SPG (Sekolah Pendidikan Guru) pernah menjadi tenaga pendidik di salah satu SD kecil di Banyumas, Jawa Tengah sana. Saya pun hanya paham cerita itu dari secarik foto dimana bapakku yang masih muda dan tampan dikelilingi bocah-bocah SD.

Sejak kecil bapak tidak pernah main tangan ke saya. Meskipun waktu kecil saya tergolong bocah yang cukup nakal (baca: bandel). Kala itu, saya masih ingat betul, bapak sering dipanggil kepala sekolah, tempatku belajar. Tapi bukan karena prestasi. Melainkan karena ulah saya. Kadang karena saya bertengkar atau semacamnya saat di sekolah.

Tapi, bapak tidak pernah marah. Dia selalu punya cara membuat saya merasa bersalah sendiri. Sampai pernah suatu ketika, bapak untuk yang kesekian kali kembali dipanggil kepala sekolah saat saya SMP. Kalau tidak salah masalah kenakalan lagi.

Tetap saja bapak tidak marah.  Dia hanya mengatakan, “Kok bapak ndak pernah dipanggil sekolah karena kamu prestasi ya le?”. Singkat memang. Tanpa ekspresi amarah. Tapi ungkapan kecewa yang dibalut kasih sayang itu melecut semangat saya. Membuat saya takut mengulangi.

Dan mulai saat itu sampai saya memperoleh gelar sarjana, saya tak pernah lagi berulah.

Beberapa kali saya menyampaikan kabar jika saya mendapat beasiswa atau prestasi olahraga. Sayang saat itu saya sudah menimba ilmu dirantau, sedang bapak dan ibuku, Sulasiyah, ada di Dusun Krajan, Desa Kelir, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi. Dan itu membuat bapak tidak bisa hadir memenuhi panggilan dekan atau rektor.

Selepas kuliah, saya sempat berharap bisa menjadi penerus karir militer bapak. Jika saya lolos, mungkin pangkat saya bisa melompat di atas bapak. Sayangnya, saya mengecewakanya. Obsesi saya tidak berjalan mulus. Saya gagal.

Harapan membanggakan bapak sambil membayangkan dia memasang sikap hormat ke saya sirna. Tapi Allah punya rencana lain. Di profesi saya sebagai Jurnalis, ternyata saya diberi banyak waktu bertemu dengan bapak di lapangan.

Baik saat dia (bapak) masih menjadi bagian dari intelijen maupun saat kembali ke teritorial sebagai Danposramil di Kecamatan Licin, wilayah kesatuan Kodim 0825 Banyuwangi. Ketika itu interaksi kami sudah seperti layaknya seorang teman. Kita saling berdiskusi meski lintas profesi. Bapak layaknya seorang rekan senior yang bisa membantu saya kapanpun.

Hingga sampai penghujung karir, bapak tetaplah menjadi rekan, guru, kawan dan senior bagi saya. Yang saya harapkan, di sisa-sisa interaksi kami, saya yang kini sudah menjadi seorang ayah, dan bapak yang saat ini menjadi seorang kakek, ada banyak kesempatan untuk membuatnya tersenyum.

Meskipun saya selalu takut, suatu hari nanti, interaksi yang terjadi antara saya dan bapak akan berakhir. dan berganti dengan doa. Sehat selalu bapak. You are my Father and All Father for me. (*)

*)Penulis adalah ditulis Fredy Rizki Manunggal, untuk sang bapak.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Banyuwangi

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES