Women's History Month, Ketika Aktivis Perempuan Menyoroti Kasus Kejahatan Seksual pada Anak

TIMESINDONESIA, SURABAYA – MyAmerica Surabaya dan Konsulat Jenderal AS Surabaya merayakan Women’s History Month atau Bulan Sejarah Wanita dengan disksusi tentang hak-hak perempuan dan anak.
Kegiatan tersebut berlangsung Jumat (6/3/2020) di Konsulat Jendral AS Surabaya, Jalan Citra Raya Niaga, Sambikerep, Surabaya. Acara tersebut salah satunya diisi oleh Yuliati Umrah, aktivis hak-hak perempuan dan anak-anak di Jawa Timur dan alumni Program International Visitor Leadership Program (IVLP).
Advertisement
“Banyak kasus di tahun 2019 yang menyebabkan anak-anak menjadi korban eksploitasi dan kejahatan seksual,” ujar Yuliati Umrah, aktivis hak-hak perempuan dan anak-anak di Jawa Timur.
Banyak anak yang masih menjadi korban eksploitas di sosial komersial khususnya di sektor industri Pariwisata. Menurut Yuliati, Indonesia tercatat menjadi tujuan wisata seksual dunia.
Faktanya di Indonesia kasus hukum kurang ditindak lanjuti. Sementara baik orang Luar Negeri maupun domestik sangat mudah untuk masuk ke pariwisata Indonesia.
“Ada kasus dimana anak SMK Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan mereka terlibat dalam proses yang tidak kita inginkan,” ujar Yuliati.
Masih banyak kasus eksploitasi dan kejahatan seksual pada anak yang terjadi dalam ruang lingkup pendidikan. Menurut Yulianti, hal ini terjadi karena tidak adanya pengawasan dari pemerintah ke sekolah dan industri dalam memonitoring anak-anak tersebut di lapangan.
“Tahun 2019 235 kasus kejahatan. Dari 235 kasus kejahatan seksual pada anak, 123 kasus terjadi di ruang pendidikan dan agama,” ujar Yuliati.
Hal tersebut membuat anak menjadi stress dan tidak lagi percaya pada semua pihak. Pasalnya ruang pendidikan dan agama merupakan salah satu basis yang dipercaya oleh keluarga dalam mendidik anak.
Saat ini, Yuliati menjelaskan bahwa pihaknya ingin melakukan pengembangan agar anak dapat berpartisipasi dalam semua lini. Kedua mendorong perubahan kebijakan yang lebih pro kepada anak-anak melalui litigasi, non litigasi, dan advokasi.
Salah satunya dilakukan dengan bekerja sama dengan Konsulat Jenderal AS di Surabaya.
“Amerika Serikat berkomitmen untuk kesetaraan gender, inklusi sosial, dan memajukan status perempuan dan anak perempuan. Kami mendukung upaya, termasuk pertukaran alumni kami, untuk mempromosikan kesetaraan perempuan, melindungi hak-hak perempuan dan anak perempuan, dan mempromosikan program pemberdayaan perempuan di Indonesia," ujar Acting Consul General Angie Mizeur. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Irfan Anshori |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |
Sumber | : TIMES Surabaya |