Peristiwa Daerah

Psikolog: Anak Down Syndrome Tertarik Lawan Jenis, Hal Wajar

Sabtu, 07 Maret 2020 - 19:43 | 86.73k
Psikolog Suyanto, S.Psi, M.Psi, sampaikan seks edukasi bagi anak down syndrome dalam  Seminar Awam Down Syndrome Tingkat Provinsi Jawa Timur. (7/3/2020) (foto : Widya Amalia/TIMES Indonesia)
Psikolog Suyanto, S.Psi, M.Psi, sampaikan seks edukasi bagi anak down syndrome dalam Seminar Awam Down Syndrome Tingkat Provinsi Jawa Timur. (7/3/2020) (foto : Widya Amalia/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Edukasi seks memang menjadi tantangan berat bagi semua orang tua. Pasalnya, memperkenalkan dunia yang sensitif tersebut kepada anak bukan perkara mudah. Apalagi kepada anak down syndrome. Down syndrome merupakan kelainan genetik yang cukup sering terjadi. Data WHO memperkirakan 3000 hingga 5000 bayi terlahir dengan kondisi ini setiap tahunnya. Dengan penanganan yang tepat, penderita dapat hidup dengan sehat dan mampu menjalani aktivitas dengan mandiri, walaupun kelainan belum dapat disembuhkan. Namun, bagaimana cara memberikan seks edukasi pada anak down syndrome?

Menurut psikolog, Suyanto, S.Psi, M.Psi, anak down syndrome yang memiliki ketertarikan lawan jenis adalah hal yang wajar. Biasanya kondisi ini terjadi ketika anak sudah sampai ke fase pubertas.

Advertisement

“Anak down syndrome aktualisasi diri suka sama lawan jenis itu sangat wajar sekali. Itu usia pubertas. Jadinya agak lebay. Cari perhatian jadi distorsi. Itu tugas kita kasih arahan untuk edukasinya,” paparnya (7/3/2020) dalam Seminar Awam Down Syndrome tingkat Provinsi Jawa Timur.

Anak-down-SIndrom.jpg

Menurutnya, diperlukan dorongan pada  anak down syndrome untuk menjelaskan bagaimana ketertarikannya kepada lawan jenis. Lalu sebagai orang tua perlu menyampaikannya dengan jelas dan singkat.

“Diperlukan dorongan untuk ada keinginan dengan lawan jenis, sampaikan secara jelas dan singkat. Mana yang ganteng, biar jelas mana yg ganteng. Supaya tahu mana maksud mana yang ganteng,” paparnya. 

Melarang anak untuk memiliki ketertarikan dengan lawan jenis hanya akan memicu blocking. Ketika si anak akan blocking, malah tidak tersampaikan ekspresinya. 

“Daripada ngumpet ada hal lain yang merugikan diri dan keluarga. Kalau ada yang memanfaatkan malah lebih celaka lagi,” lanjutnya.

Diperlukan penyampaikan seks edukasi sedini mungkin untuk mencegah hal - hal yang tidak diinginkan. “Berikan dengan jelas psiko-edukasi sedini mungkin. Seks edukasi sedini mungkin,” lanjutnya.

Pada fase perkembangan, lanjut Suyanto, saat mengalami menstruasi itu disampaikan untuk menjaga tubuh. Disfungsi seksualnya bisa lebih bagus. Tentu saja hal ini akan memberikan pengaruh pertumbuhan yang baik bagi si anak. Menjaga tubuh bisa memberikan pengaruh emosional lebih baik, terutama bagi pengetahuan seks edukasi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES