Peristiwa Daerah

Ngaji Lontar, Tradisi dan Legenda Tolak Bala Desa Kaotan Banyuwangi

Jumat, 13 Maret 2020 - 14:42 | 104.09k
Tradisi Ngaji Lontar di Desa Kaotan, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi. (Foto : Dokumentasi TIMES Indonesia)
Tradisi Ngaji Lontar di Desa Kaotan, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi. (Foto : Dokumentasi TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Bicara tradisi berbalut mistis, Banyuwangi memang gudangnya. Salah satunya adalah ritual Ngaji Lontar di Desa Kaotan, Kecamatan Blimbingsari.

Tradisi yang dilaksanakan setiap 12 Rajab ini bukan hanya sebuah ungkapan syukur atas limpahan rezeki sepanjang tahun. Tapi juga menyimpan aura mistis. Apabila tidak dilaksanakan, diyakini bisa mendatangkan bala. Banyak warga mendadak sakit dan meninggal dunia.

Advertisement

Ya, setidaknya itulah cerita yang cukup melekat di kalangan masyarakat setempat.

Ngaji-Lontar-a.jpg

Kepala Desa (Kades) Kaotan, Mohammad Nur Hairi menyatakan Ngaji Lontar adalah tradisi turun temurun. Di mana sejumlah tokoh warga membacakan Lontar Yusuf, sebuah lontar kuno peninggalan zaman penyebaran agama Islam ke Bumi Blambangan.

"Kalau gak salah sekitar tahun 1994-an, pernah tidak dilakukan, maka ada pagebluk (wabah)," katanya, Jumat (13/3/2020).

Dijelaskannya, Ngaji Lontar adalah rangkaian acara bersih dan selamatan Desa Kaotan. Diawali ritual Damar Sewu, seluruh warga membawa obor berkeliling desa sambil membaca ayat-ayat suci Al-Quran. Bagi masyarakat setempat, tradisi Damar Sewu bertujuan untuk membersihkan wilayah desa dari gangguan jahat jin dan setan.

Ngaji-Lontar-b.jpgKegiatan jalan sehat di Desa Kaotan, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi. (Foto : Dokumentasi TIMES Indonesia)

Di malam kedua, seluruh masyarakat menggelar Ancak Sewu di sepanjang jalan. Ancak adalah tumpeng beralas pelepah daun pisang. Di situ, baik warga Desa Kaotan maupun sanak famili atau kerabat dari luar, berbaur menikmati makan malam tumpeng bersama. Bagi masyarakat lokal, Ancak Sewu ini adalah selamatan massal.

Begitu usai, barulah Ngaji Lontar dilaksanakan. Dengan balutan peralatan modern, tradisi jaman bahuela ini pun berubah menjadi acara yang digandrungi. Baik oleh kalangan tua maupun kaum milenial.

"Ngaji Lontar ini dilakukan di Dusun Krasak dan di Kaotan, digelar kesenian tradisional Janger. Jadi pada tradisi ini, suka cita masyarakat terjadi menyeluruh," ungkap Hairi, sapaan akrab Kades Kaotan.

Di hari ketiga, acara ditutup dengan kegiatan jalan sehat dengan harapan bisa semakin mempererat tali silaturahmi dan kerukunan antar warga, termasuk jajaran perangkat desa.

Rencananya, demi menanamkan rasa cinta sekaligus melestarikan tradisi leluhur, Desa Kaotan, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi akan menggelar pelatihan Ngaji Lontar. Sasaran utama adalah kalangan pelajar dan pemuda.

Dengan begitu diharapkan kegiatan tahunan Ngaji Lontar setiap 12 Rajab bisa makin melekat di hati masyarakat, sekaligus mampu mendongkrak sektor pariwisata Banyuwangi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Banyuwangi

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES