Peristiwa Daerah NKRI Lawan Corona

Meski Berstatus Honorer, Pegawai di Semarang Ikut Berdonasi

Minggu, 03 Mei 2020 - 20:15 | 80.85k
Prosesi penyerahan bantuan secara simbolik. (Foto: FHK2I untuk TIMES Indonesia)
Prosesi penyerahan bantuan secara simbolik. (Foto: FHK2I untuk TIMES Indonesia)
FOKUS

NKRI Lawan Corona

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SEMARANG – Meski tidak pernah dimanja negara dengan gaji ke-13 dan tunjangan hari raya, para pegawai honorer Kategori 2 (K2) yang tergabung dalam Forum Honorer Kategori 2 Indonesia (FHK2I) Kota Semarang tetap semangat berderma.

Sebanyak 684 anggota FKH2I Kota Semarang menyisihkan gajinya yang tak seberapa, disumbangkan untuk membantu warga terdampak wabah Corona, dan mendukung pencegahan Covid-19.

Advertisement

Hari ini, Minggu (3/5/2020), para guru, perawat, staf kantor dan berbagai pegawai honorer tersebut membagikan 4 ribu bungkus mie instan, 1.000 masker, dan 200 paket beras seberat 5 kilogram. Ditambah puluhan jerigen cairan disinfektan, dan aksi penyemprotan anti-Corona, dan pemberian pakaian Alat Pelindung Diri (APD).

FHK2I-b.jpg

Ketua FHK2I Kota Semarang Suharmanto menyatakan, anggota FHK2I merasa bersyukur sekaligus merasa prihatin sehingga tergerak berderma. Bersyukur karena merasa telah mendapat perhatian perhatian pemerintah berupa gaji sebesar Rp 3 juta. Sedangkan prihatin, karena banyak warga mengalami kesulitan akibat dampak wabah Corona.

“Kami gotong-royong iuran. Mengambil sebagian gaji kami. Alhamdulillah terkumpul untuk berbagi donasi. Inilah wujud rasa syukur kami dalam masa prihatin kini,” tuturnya usai membagikan bantuan kepada warga miskin di Kelurahan Meteseh, Tembalang, Semarang, Minggu, (3/5/2020).

Diungkapkan guru SDN Bulusan, Tembalang ini, gaji honorer K2 di Kota Semarang lebih banyak dari daerah-daerah lain di Jawa Tengah. Itulah yang membuat anggota organisasinya merasa patut mengungkapkan rasa syukurnya dengan menyumbangkan sebagian penghasilan. Sebab, sambung Suharmanto, banyak tetangga kiri kanan, kerabat maupun teman, mengalami nasib yang pilu.

“Kami merasakan berpuluh tahun bernasib pilu. Status pegawai tidak tetap yang penghasilannya sangat sedikit. Maka ketika kami merasa telah meraih nasib yang baik, rasanya iba dengan sekeliling kami yang saat ini jatuh pilu,” pungkasnya menahan haru.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES