Peristiwa Daerah

Tingwe, Tradisi 'Linting Dewe' yang Kian Ngetren di Kalangan Elit

Kamis, 18 Juni 2020 - 12:50 | 446.70k
Komunitas Tingwe Natural Tembakau Banjarnegara (FOTO: Muchlas Hamidi/TIMES Indonesia)
Komunitas Tingwe Natural Tembakau Banjarnegara (FOTO: Muchlas Hamidi/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANJARNEGARATingwe adalah sebuah sebuah komunitas penggemar tembakau di Indonesia. Konon pada awalnya tradisi linting dewe (menggulung sendiri) ini berasal dari kalangan jelata pada zaman nenek moyang.

Pada era kolonial Belanda dulu, tingwe begitu kental di kalangan penggemar rokok. Mereka menggunakan dedaunan kering untuk membungkus irisan daun tembakau kering membentuk sebuah lingkaran kecil memanjang (stik).

Advertisement

Linting-Dewe-2.jpg

Kala itu belum ada alat melintting seperti saat ini. Lambat laun mereka menggunakan cangkang jagung. Rupanya rokok dengan kulit jagung sempat  ngetren karena mempunyai cita rasa yang berbeda. Rokok ini kemudian diberi nama 'klobot'.

Pada zaman kolonial Belanda, para menir sudah menggunakan cangklong untuk menghisap tembakau dan cerutu.Namun tingwe terus lestari hingga saat ini. Bahkan dengan tingwe, para pecinta tembakau atau perokok aktif lebih menikmatinya ketimbang rokok buatan pabrik. Benarkah?.

Kata sejumlah pecintanya, tingwe lebih natural karena tanpa campuran saus dan sejenisnya.Mereka juga dapat memilih jenis tembakau yang disukai. Mau yang mahal dan murah ada. Bahkan harganya beragan dari puluhan ribuan hingga jutaan rupiah tiap iris.

Seiring perkembangan zaman, komunitas Tingwe tidak hanya dimilik kaum jelata saja. Tapi para borjuis pun banyak melirik tingwe.

"Memang kalau bagi kami dan temen-temen di komunitas, pada awal suka tingwe karena harga rokok yang terus membumbung tinggi. Tapi setelah di rasa-rasa ternyata lebih nikmat tingwe," ucap Yadi, salah seorang penggemar tingwe asal Banjarnegara, Jawa Tengah.

Saat ngobrol dengan TIMES Indonesia di Pusat Kuliner Banjarnegara, Kamis (18/6/2020), Yadi yang juga pengusaha kuliner menyatakan teman-teman tingwe se-Kabupaten Banjarnegara akan mendekrarasikan sebuah komunitas Tingwe Natural Tembakau.

Apa sih manfaat tingwe? Dalam situasi Covid-19 dan mahalnya harga rokok bercukai, dapat dikatakan pengiritan atau penghematan. Namun dari sisi ekonomi dan gaya hidup, tingwe ternyata tidak hanya disukai klaster menengah ke bawah. Kini tingwe mulai jadi tren di kalangan menengah ke atas.

"Anda bisa lihat sekarang banyak di mobil-mobil  temen kami ada bungkusan kecil. Ya itu adalah tembakau dan papir. bahkan ada yang dilengkapin sebuah alat mini pres untuk membuat lintingan rokok," imbuh Yadi.

Yadi pun bercerita, jenis dan kualitas tembakau naturalnya beragam. Dari harga termurah ada. Tapi jika dibandingkan rokok pabrikan  1:3. Artinya, jika kita beli 1 pak (bungkus) rokok pabrikan, sama dengan 3 bungkus bahan tembakau rasa sama.

"Caranyan dibuat lintingan persis rokok, maka akan menjadi tiga bungkus dengan cita rasa sama. Ini sebuah penghematan bukan?," celetuk Yadi. Begitu dengan jenis rokok yang lain. Sehingga pada masa susah seperti sekarang ini, tingwe jadi sebuah solusi bagi para perokok aktif. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES