Peristiwa Daerah

Hama Serang Tanaman Padi, Petani di Morotai Barat Menjerit Gagal Panen

Senin, 29 Juni 2020 - 16:14 | 136.01k
Tanaman padi sawah milik petani Desa Ngele-Ngele Kecil dan Desa Tiley Kecamatan Morotai Selatan Barat, dan jenis Hama yang menyerang padi. (Foto: Abhausain for TIMES Indonesia)
Tanaman padi sawah milik petani Desa Ngele-Ngele Kecil dan Desa Tiley Kecamatan Morotai Selatan Barat, dan jenis Hama yang menyerang padi. (Foto: Abhausain for TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PULAU MOROTAI – Puluhan hektar sawah padi diserang hama potong leher. Puluhan petani dan kelompok tani Desa Ngele-Ngele Kecil dan Desa Tiley, Kecamatan Morotai Selatan Barat (Morselbar) Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara (Malut) menjerit tak berdaya karena gagal panen.

Sejumlah petani mengaku tak punya obat hama. Mereka bingung. Bubuk sabun Daia pun dijadikan obat hama. Namun tanaman padi tetap tak dapat diselamatkan, akhirnya gagal panen.

Advertisement

Hasil pantauan lapangan TIMES Indonesia, pada Senin (29/6/2020) siang hamparan puluhan hektar areal persawahan padi milik penduduk di kawasan tersebut, sebagian besar tanaman padinya, tampak menguning seperti padi yang siap panen. Namun setelah didekati dan dipegang, padinya tak berisi.

"Kuningnya padi tersebut, bukanlah karena jelang panen, akan tetapi bulir-bulir padi tersebut sudah kering kosong tanpa isi, sehingga hasil panen padi kali ini gagal," ungkap Jubeidi, petani padi asal Banyuwangi yang telah menetap di Desa Ngele-Ngele Kecil.

Menurutnya, pada musim tanam pertama pada bulan Nopember 2019 hasilnya sangat bagus. Tetapi, penanaman kedua pada bulan Maret 2020 hasilnya sangat mengecewakan karena diserang hama dan tidak ada obat baik yang dijual maupun disiapkan Dinas Pertanian.

"Punya saya 1,5 hektar sawah yang ditanami padi, biasa panen 1 hektar 5 sampai 6 ton gabah. Tapi, pada panen kedua ini 1,5 hektar hasilnya tidak sampai 1 ton gabah," tuturnya dengan wajah sedih.

Hal senada disampaikan, Nurdin, Ketua Kelompok Tani Sewedi Jaya, Desa Tiley.,

"Pada penanaman pertama hasilnya seluruh petani padi Desa Tiley dan Ngele-Ngele sangat memuaskan, karena dalam 1 hektar saat panen mendapat hasil 5-7 ton gabah bagi setiap petani. Namun, musim tanam kedua ini sangat menyakitkan hasilnya. Seorang petani rata rata mendapatkan di bawah 1 ton gabah dalam 1 hektar saat panen, paling besar 3 ton dalam 1 hektar itu pun hanya beberapa orang," ungkapnya.

Hama-Sawah-2.jpg

Lanjutnya, karena pada penanaman kedua ini, tidak diikuti dengan penyediaan obat yang cukup sehingga saat tanaman padi diserang hama petani kelabakan mengatasinya. Karena tidak ada obat hama, sabun bubuk Daia sempat dijadikan obat pembasmi hama, sehingga masih dapat hasil walaupun sedikit. Kalau tidak, petani tidak dapat hasilnya sama sekali.

Bahkan kata Jaber Sibua, ketua Kelompok Tani Sari Mote, Desa Ngele-Ngele Kecil, kelompoknya memiliki sawah 40 hektar. Ditanami sekitar 20 hektar, 5 hektar tidak bisa panen sama sekali dan 15 hektar hasilnya jauh dari harapan, padinya juga menguning tapi tidak berisi karena diserang hama.

Demikian juga dialami kelompok Tani Pori Moi, diketuai Amanan Sugi. Bahwa kelompoknya juga gagal panen karena serangan hama yang begitu cepat.

"Kita tidak punya obat hama, mau beli pun sulit di Morotai tidak ada, pada ahirnya petani pakai sabun bubuk Daia sebagai obat hama, tapi tidak mempan. Namun petani masih dapat sedikit, walaupun jauh dari harapan, karena rata rata satu petani kelola 1 sampai 1,5 hektar hasil panennya dibawah 1 ton. Padahal petani sudah merugi jutaan rupiah dalam mengelola, merawat hingga panen. Punya saya hasilnya saya tidak ambil, saya kasih anggota karena hasil panennya sangat memprihatinkan," ucapnya.

"Barusan Dinas Pertanian buat acara panen raya, sebenarnya pesta itu tidak layak dirayakan karena petani gagal panen. Karena pemilik rumah tempat acara pun mengalami gagal panen," ungkap istri Kifli dan dibenarkan tuan rumah tempat acara istri Ajhar Boke

Bila Dinas Pertanian tidak siapkan obat hama, maka seluruh petani padi tidak berani ambil risiko untuk menanam padi sawah dalam jumlah banyak, karena hasilnya akan menyakitkan dan bikin rugi petani.

Seluruh petani saat ditemui TIMES Indonesia keluhkan hasil panen mereka. Harapanya Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai dalam hal ini Dinas Pertanian agar serius soal program swasembada beras dengan menyiapkan segala kebutuhan yang cukup terutama obat hama. Karena menanam di luar musim tanam, tantangannya hanya hama yang membuat petani tersungkur lemas.

Bila Dinas Pertanian tidak serius maka jangan berharap swasembada beras dapat terwujud. Selain itu, mereka berharap dalam pendampingan juga jangan hanya fokus di Desa Aha, tetapi diselaraskan pelayanannya agar petani padi di Pulau Morotai dapat sukses dan sejahtera sama sama. "Karena kegagalan petani adalah kegagalan Dinas Pertanian," ungkap para petani Desa Ngele-Ngele dan Tiley.

TIMES Indonesia mencoba mengonfirmasi lewat telepon selular soal hama penyebab gagal panen petani ini ke Kadis Pertanian Kabupaten Pulau Morotai Anuwar Husen. Namun belum direspon. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES