Puluhan Tahun, Warga Pulau Hiri Tak Tersentuh Pembangunan Pelabuhan Tembatan Perahu

TIMESINDONESIA, TERNATE – Masyarakat di Kecamatan Pulau Hiri Kota Ternate semakin mengeluhkan pembangunan Pelabuhan Tembatan Perahu. Pelabuhan ini menjadi pintu masuk masyarakat Pulau Hiri ke Kota Ternate melalui penyebrangan laut dari Kelurahan Sulamadaha, Kecamatan Ternate Barat, Kota Ternate.
"Kami sangat merasa kesulitan dengan kondisi ini karena sudah berlangsung puluhan tahun. Hanya janji saja yang kami dapat dari Pemkot," ungkap salah satu warga Hiri, Suggi Altin yang dihampiri TIMES Indonesia, Sabtu (26/7/2020) saat hendak menaiki perahu kayu untuk kembali ke Pulau Hiri.
Advertisement
Pulau mungil yang berhadapan dengan Ternate bagian barat itu sangat membutuhkan fasilitas Pelabuhan Tembatan Perahu. Karena, untuk menjual hasil produksi pangan warga harus menjualnya di Kota. Apalagi pemenuhan kebutuhan warga Pulau Hiri baik primer dan sekunder harus didapatkan dari Pusat Kota Ternate.
"Hampir semua aktifitas warga Hiri ada di Ternate. Cari hidup dan kebutuhan kami semua disana tapi Pemerintah Kota Ternate tak peduli dengan keselamatan kami saat menyebrang. Kalau musim gelombak kami sulit menyebrang," keluhnya.
Dalam pengamatan TIMES Indonesia, air laut yang sedang surut membuat warga yang hendak menyebrang dari Ternate menuju ke Pulau Hiri harus berjuang melewati bebatuan untuk menaiki spetboot dan perahu kayu rute Ternate Hiri. Bahkan bukan saja warga, kendaraan roda dua yang diangkut dari Pulau Hiri juga harus didorong di atas batu secara gotong royong.
Terpisah, Ketua DPK KNPI Kecamatan Pulau Hiri Yusri Nus menjelaskan bahwa untuk mewujutkan program tol laut, Pemerintah pusat telah menggelontorkan ratusan triliun rupiah hanya untuk membangun pelabuhan penyebrangan laut diberbagai daerah di Indonesia termasuk juga ada beberapa pelabuhan penyebrangan laut di kabupaten di Maluku Utara.
Menurutnya, tujuan dari program tersebut katanya tentu tidak keluar dari upaya pemerintah pusat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, menekan mahalnya harga sembako di daerah kepulauan dan termasuk mewujudkan kemerdekaan pelayanan transportasi laut bagi daerah kepulauan.
Namun, sinkronisasi antara program pemerintah pusat dan Pemerintah Kota Ternate tidak sejalan dengan semangat pembangunan daerah tertinggal di wilayah pesisir. Sehingga dampaknya masyarakat Pulau Hiri merasa termarjinal dan terisolasi secara sosial ekonomi.
"Selama ini kami terabaikan, hampir 11 tahun Pulau Hiri di mekarkan menjadi Kecamatan, namun rakyat Hiri masih jauh dari kata merdeka. Baik itu dilihat dari infastruktur pembangunan Pendidikan, Air bersih, Kesehatan, dan transportasi laut," jelas Yusri kepada TIMES Indones melalui sambungan telepon pukul 13.03 WIT.
Ia menilai, warga di Pulau Hiri secara kependudukan memiliki hak dan kewajiban yang sama seperti warga lain di Indonesia. Dengan begitu, DPK KNPI Kecamatan Hiri mempertanyakan kehadiran Negara dan Daerah yang hanya berpikir untuk membangun jembatan penghubung antara Ternate, Maitara, dan Maitara (jembatan Temadore) tapi lupa memilikirkan nasip warga yang menemempati pulau kecil seperti Pulau Hiri.
"Kami juga bayar bajak dan memilih saat pemilihan, bukan saja warga Maitara. Kalaupun kami tak diperhatikan dalam waktu dekat ya sudah, Pilkada di Desember mendatang kami tak akan memilih Walikota lagi," kesal Yusri.
Yusri mengatakan, memang Pulau Hiri tidak memberikan kontribusi yang menjanjikan untuk PAD Kota Ternate, akan tetapi harapan mendasar masyarakat Pulau Hiri harus diperhatikan lebih serius oleh Anggota DPRD Kota Ternate dan Wali Kota Ternate. Karena dirinya menyebutkan bahwa pelabuhan tembatan perahu bukan keinginan, tapi kebutuhan dan keselamatan warga yang beraktifitas.
Ia melanjutkan lagi, Selama enam tahun berlalu Pemerintah Kota Ternate menjanjikan pembangunan Pelabuhan Tembatan Perahu untuk penyebrangan Sulamadaha Pulau Hiri, namun katanya yang terealisasi adalah Pelabuhan Tembatan Perahu Jikomalamo yang menjadi fasilitas objek wisata pantai. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sholihin Nur |