Pakar Iklim UGM, Dr. Emilya: Awan Tsunami Penanda akan Muncul Cuaca Buruk

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Baru-baru ini tepatnya 10 Agustus 2020 pagi di Meulaboh, Aceh Barat terlihat awan berbentuk seperti gelombang tsunami. Atas kejadian tersebut pakar Iklim UGM Dr Emilya Nurjani, S.Si, M.Si menjelaskan bahwa awan tsunami tersebut merupakan awan Arcus.
Kemunculan awan ini tidak terkait dengan bencana gempa maupun tsunami, tetapi menjadi penanda akan adanya cuaca buruk.
Advertisement
“Awan di Meulaboh merupakan awan Arcus, awan vertikal yang bisa tumbuh sangat besar. Awan ini sendiri tidak berbahaya, tetapi merupakan penanda atau adanya cuaca buruk yang akan datang,” kata Emilya dalam keterangan tertulis yang diterima TIMES Indonesia, Kamis (13/8/2020)
Emilya mengatakan fenomena awan arcus merupakan hal lazim, tetapi jarang terjadi atau fenomena langka. Meskipun tidak berbahaya, tetapi memiliki potensi menimbulkan hujan deras yang disertai dengan petir atau kilat dan angin kencang.
Nah, atas peristiwa itu Emilya kembali menegaskan bahwa awan Arcus tidak ada kaitannya dengan potensi gempa atau tsunami. Kemunculan awan Arcus ini berhubungan dengan kondisi dinamika di atmosfer. Proses terbentuknya awan ini dicirikan oleh arus naik dan turun yang kuat di dalam awan.
Menurutnya awan terbentuk saat aliran udara dingin turun dari awan mencapai tanah. Udara dingin yang dibawah ke tanah melalui aliran angin bawah tersebut kemudian menyebar secara horizontal di depan sistem awan. Selanjutnya udara dingin yang lebih berat menyebar dengan cepat di permukaan tanah dan mendorong udara lembab yang lebih hangat ke atmosfer.
“Saat udara hangat naik dan mendingin, terjadi kondensasi, yang mengarah pada pembentukan awan Arcus dengan bentuk dan karakteristiknya yang unik,” ungkanya
Mengingat adanya potensi cuaca buruk, Emilya meminta masyarakat untuk tetap berhati-hati dan meningkatkan kewaspadaan terhadap dampak yang mungkin terjadi akibat hujan lebat, angin kencang, serta sambaran petir. Kondisi tersebut meningkatkan risiko pohon tumbang serta rumah roboh akibat diterjang hujan dan angin kencang.
Oleh sebab itu, dia mengimbau masyarakat untuk melakukan pemeliharaan pada pohon-pohon terutama yang rimbun dan tinggi dengan melakukan pemangkasan secara rutin. Dengan begitu diharapkan dapat meminimalkan risiko bencana hujan lebat dan angin kencang.
“Saat cuaca buruk sebaiknya segera berlindung dan mengurangi penggunaan alat-alat listrik. Sementara untuk nelayan sebaiknya tidak usah melaut dulu,” tuturnya
Upaya pemeliharaan pohon yang berada di area publik, lanjut Emilya juga perlu digiatkan oleh pemerintah, terutama memasuki musim penghujan mengingat awan tsunami sebagai penanda akan muncul cuaca buruk. "Selain itu melakukan pengerukan di sungai-sungai yang mengalami pendangkalan agar dapat menampung debit air yang besar jika terjadi intensitas hujan dengan intensitas tinggi," kata pakar Iklim UGM ini. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |
Sumber | : TIMES Yogyakarta |