Petani Kopi di Desa Telemung Banyuwangi Dikenalkan Metode Honey Process

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Para petani kopi di Desa Telemung, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi dikenalkan dengan metode honey process. Desa Telemung ini merupakan kawasan terkenal dengan kopi robustanya yang berkualitas.
Dengan luas perkebunan mencapai 57 persen dari luas desa, tak heran jika sepanjang jalan dihiasi oleh pepohonan kopi. Didukung dengan ketinggian lokasi ± 500 mdpl, bersuhu udara dingin dan lembab, cocok untuk budidaya kopi.
Advertisement
Berbicara mengenai cita rasa kopi, 60 persen ditentukan dari lahan, 30 persen proses pengeringan hingga sangrai, dan 10 persen dari penyaji.
Selama ini proses pengeringan yang kebanyaakan di praktekan di Desa Telemung menggunakan metode pecah biji. Perkilogramnya dihargai sekitar Rp 19 ribu. Harga tersebut dapat ditingkatkan dengan memproses biji kopi dengan metode pengeringan lainnya, yakni Honey Process.
Melihat kondisi tersebut, Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi) dengan Tim Pengabdian Dosen yang diketuai oleh Dwi Ahmad Priyadi, dan beranggotakan Galang Sandy Prayogo serta Kurniawan Muhammad Nur, berupaya meningkatkan pemahaman petani mengenai proses pengeringan metode honey process.
"Ini untuk meningkatkan pendapatan petani kopi, karena pengeringan dengan metode ini, perkilogram biji kopi (green bean) dihargai Rp 40 ribu, atau dua kali lipat harga pemrosesan pecah kulit," ungkap Dwi Ahmadi, Sabtu (22/8/2020).
Upaya ini, lanjut Dwi Ahmadi, dilakukan dengan melakukan workshop selama 2 hari (12-13/8/2020) yang diisi oleh pemateri yang berkompeten dibidangnya, yakni Mas Azmi Zakki Yamani, owner dari Ais coffee rory.
Mas Azmi merupakan salah satu perintis kopi Banyuwangi. Dia memberikan workshop mengenai proses pasca-panen hingga pencicipan kopi (cupping) kepada petani di Telemung, khususnya yang berada di sekitar cafe Omah Kopi.
Omah Kopi sendiri adalah salah satu UMKM pengolah kopi hulu-hilir yang telah menerapkan pengolahan yang baik, dan tentunya terletak di Desa Telemung.
Workshop ini menitikberatkan pada proses pasca panen dengan metode honey process, sehingga pelatihan penggunaan pulper (pengupas biji kopi segar) mutlak untuk dilakukan. Dalam kesempatan ini Poliwangi juga membantu mesin pulper ke petani kopi, sehingga petani dapat mengolah kopi dengan metode honey process.
"Metode honey process kami rasa merupakan metode yang paling tepat untuk diterapkan di Desa Telemung, karena tidak membutuhkan banyak air saat pengupasan kulit, tidak seperti metode full wash," ujar Dwi Ahmadi.
Acara diakhiri dengan workshop pembuatan pakan ternak fermentasi berbahan limbah kulit kopi, hal ini juga merupakan langkah strategis dikarenakan mayoritas warga memiliki ternak kambing, dan limbah kulit kopi ini sebenarnya memiliki kualitas yang bagus untuk diolah menjadi pakan ternak.
Kegiatan pengenalan metode honey process untuk petani kopi ini merupakan kerja sama antara Poliwangi dengan Kementerian Riset dan Teknologi/ Badan Riset dan Inovasi Nasional (Ristek-Brin), melalui program kemitraan masyarakat yang bertujuan untuk memajukan para UMKM yang potensial. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |