Prof Nidom, Menjadi Guru Besar Molekuler Unair Berkat Doa Ibu

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Doa orang tua memang memiliki kekuatan tersendiri. Ada yang mengatakan doa orang tua untuk anaknya lebih mudah terkabulkan karena doa orang tua merupakan salah satu ridho Tuhan. Hal tersebut sangat dirasakan oleh Prof Nidom, Guru Besar Molekuler Universitas Airlangga (Unair).
Prof. Dr. C.A. Nidom, drh.,MS begitu yakin apa yang ia raih hingga saat ini merupakan doa dari orangtua terutama ibunya. "Doa ibu saya dari dulu saya harus menjadi dokter," tutur Prof Nidom saat dihubungi TIMES Indonesia, Jumat (28/8/2020).
Advertisement
Doa tersebut menjadi kenyataan, kini Prof Nidom selain menjabat sebagai Guru Besar Molekuler Unair juga berprofesi sebagai dokter hewan.
"Saat kelas 2 SMA ada tawaran masuk di perguruan tinggi negeri IPB tanpa tes. Saya adalah orang pertama yang diterima di IPB tanpa tes. Saya masuk IPB ingin masuk di pertanian, ternyata saya dimasukkan di kedokteran hewan," jelas Prof Nidom.
"Setelah lulus kuliah saya ingin menjadi kepala dinas, tahunya di terima sebagai staff pengajar di kedokteran hewan Unair. Awalnya saya dosen FKH Unair ditempatkan di bio kimia kedokteran, jadi meskipun saya dokter hewan tetapi saya sehari-hari menggeluti atau mendengar problem-problem kesehatan manusia. Saya berfikir apakah ini doa ibu ya," ungkap Prof Nidom.
Meski perjalanan ilmu menuju pada kesehatan hewan, Prof Nidom tetap mempelajari kesehatan manusia. Menurutnya, antara dokter hewan dan dokter manusia saling berkesinambungan.
"Tidak bisa dokter itu berdiri sendiri. Dokter hewan dan manusia itu saling berkesinambungan. Contohnya pada saat adanya virus flu burung, disitu masyarakat sadar bahwa kehadiran dokter hewan juga diperlukan untuk kesehatan manusia," ujar pria asal Pasuruan tersebut.
Prof Nidom bercerita, ia terlahir dari keluarga yang sederhana. Dulunya ia membantu orang tuanya mencari rumput untuk makan hewan ternak. Namun, dengan kerja keras dan kekuatan doa orang tua dirinya bisa mengangkat ekonomi keluarga.
"Bapak saya seorang supir, ibu saya seorang guru ngaji. Meski kami waktu itu berada pada ekonomi yang rendah tetapi orang tua terutama ibu saya begitu optimisnya bahwa anaknya akan sukses. Walaupun dulu menjadi omongan orang-orang desa karena kondisi ekonomi tidak memungkinkan untuk sekolah lebih tinggi," kata Prof Nidom.
Kondisi ini membuat dirinya begitu yakin dengan pentingnya pendidikan tinggi. Dirinya percaya semakin tingginya ilmu seseorang semakin diangkat derajat oleh Tuhan.
"Pendidikan itu penting, meski dalam kondisi apapun itu. Kendalilah potensi itu semaksimal mungkin, karena cara menggali potensi itu melalui pendidikan," ujar founder Professor Nidom Foundation (PNF).
Prof Nidom berpesan kepada generasi milenial kini untuk memanfaatkan waktunya dengan maksimal serta menggali potensi dengan memanfaatkan kesempatan yang ada.
"Tuhan menciptakan manusia itu tidak akan sia-sia karena setiap manusia diberi potensi. Jadi jangan berhenti, jangan putus asa karena lingkungan kita. Terobos terus karena Tuhan sudah menyediakan di satu titik terhadap yang dibutuhkan oleh umat," ucap Prof Nidom, Guru Besar Molekuler Universitas Airlangga (Unair). (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |