Kisah Slamet Riyadi, Jalan Kaki Tawarkan Jasa Reparasi Payung di Kota Semarang

TIMESINDONESIA, SEMARANG – Di tengah keramaian Kota Semarang, ada kisah pantang penyerah dari seorang pria asal Boja, Kendal, Slamet Riyadi. Dia menawarkan jasa reparasi payung dengan cara berjalan kaki berkeliling di Kota Semarang.
Bermodal kemampuannya dalam memperbaiki payung dengan dilengkapi tas hitam berisi alat-alat reparasi, Slamet menyusuri sudut-sudut Kota Semarang sembari bersabar dan berharap ada panggilan dari seseorang yang ingin memperbaiki payungnya.
Advertisement
"Sebenarnya ini sebagai sampingan saja, berangkatnya tidak setiap hari, kadang empat kali dalam seminggu pernah juga satu atau dua hari saja," ungkapnya pada Times Indonesia, Kamis (1/10/2020).
Meski tidak menjadi pekerjaan pokok, pria berusia 64 tahun tersebut mengaku kemampuan reparasi payung ia dapatkan lantaran terpaksa. Kala itu dirinya sulit untuk memenuhi kebutuhan keluarganya terutama anak. Karena terpaksa, ia pun sedikit demi sedikit belajar reparasi payung yang hingga saat ini masih dijalani.
Saat ditanya berapa penghasilan harian jadi tukang servis payung, dirinya menjawab dengan sedikit tersenyum. Slamet menerangkan jika penghasilan menjadi tukang payung itu tak selalu banyak, dan bahkan kerap tak mendapatkan hasil dalam sehari.
"Sehari pas banyak servis bisa Rp 100 ribu. Itu kalau ramai. Tapi tak jarang juga saya gak ada order sama sekali," imbuhnya.
Di setiap proses perbaikan payung, Slamet membutuhkan 7-10 menit perbuahnya. Untuk jasa reparasi satu buah payung ia kenakan tarif Rp 10.000. Nominal tersebut berguna baik dengan tingkat kerusakan sedikit maupun banyak.
Hari berangkat yang tidak menentu tersebut ia sesuaikan dengan pekerjaannya sebagai petani di kampung. Setiap mempunyai waktu longgar, segera ia kemasi peralatannya dan berangkat pukul 07.00 WIB menuju Kota Semarang.
Namun demikian, acapkali Slamet mengaku jika saat di Semarang, dirinya bisa berhari-hari tidak pulang ke kampung halaman.
Biasanya, Slamet Riyadi dan teman seperjuangannya menginap di salah satu pasar di Semarang. "Pas nggak ada uang, kadang saya utang dulu di warung buat makan. Barulah kalau ada uang dibayar," keluh tukang jasa reparasi payung asal Kendal ini. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |