Peristiwa Daerah

Batik dan Tenun Tradisional Daerah Didukung Jadi Seragam ASN Malut

Senin, 05 Oktober 2020 - 17:13 | 144.76k
Batik Tubo, salah satu batik di Maluku Utara. (Foto: Itjeher.com)
Batik Tubo, salah satu batik di Maluku Utara. (Foto: Itjeher.com)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, TERNATE – Dukungan menjadikan kain Tenun tradisional dan Batik sebagai seragam Aparatur Sipil Negara (ASN) di Provinsi Maluku Utara (Malut) terus mengalir.

Sebelumnya, Ketua DPRD Kuntu Daud mengungkapkan keinginannya agar Batik Daerah diwajibkan untuk ASN di hari tertentu di jam kantor.

Advertisement

Kepala Dinas Koperasi dan UKM provinsi Wa Zaharia dan Kadis Perindustrian dan Perdagangan provinsi Yudhitya Wahab pun menyampaikan dukungannya, serta akan berupaya mewujudkan itu.

Kepada TIMES Indonesia, Senin (5/10/2020), Wa Zaharia mengaku bangga jika batik daerah ditetapkan dalam bentuk Peraturan Gubernur (Pergub) atau Peraturan Daerah (Perda).

Tenun Tidore Tenun Puta Dino Tidore (foto: Dok Anita Gatmir)

Menurutnya, sektor UMKM khususnya pengrajin batik akan sangat terbantu bila ribuan pegawai di Malut diwajibkan mengenakan batik di hari tertentu pada jam kantor.

"Dengan sendirinya ini akan menjadi sebuah ajang promosi tanpa kita sadari, sehingga batik daerah kita bisa dikenal baik lokal, nasional, bahkan kanca internasional," kata Wa Zaharia

Ia sendiri juga sering mengenakan batik dalam berbagai kesempatan, dan itu kata dia memiliki ciri khas tersendiri jika yang dipakai adalah batik buatan UMKM lokal.

"Sejumlah daerah di Maluku Utara memiliki batik dengan beragam motif, itu menjadi ciri khas masing-masing daerah, termasuk Tenun Puta Dino di Tidore," ucap kadis Koperasi dan UKM

Wa Zaharia juga siap membantu UMKM termasuk pengadaan mesin, jika sudah memiliki ketetapan seperti Perda ataupun Pergub.

"Sepanjang itu dibutuhkan oleh UKM, kami akan berusaha untuk mendorong ini, sehingga baik Gubernur sebagai pengambil kebijakan dan DPRD yang akan mengesahkan anggaran, kami akan mengupayakan peralatan produksi untuk pelaku pengrajin batik," jelasnya

Terpisah, Kadis Perindag Yudhitya Wahab bahkan sudah memiliki rencana untuk jadikan batik Ecoprint seragam pegawai lingkup Perindag provinsi di hari Kamis.

Batik Mayana Ecoprint adalah produk salah satu IKM (Industri Kecil Menengah) di kota Ternate, milik seorang ibu yang memiliki keterbatasan (difabel). Namun, dengan semangat dan kreativitas yang tinggi mampu menghasilkan produk yang luar biasa.

Yudhitya juga sempat mengunjungi langsung lokasi produksi dan menyaksikan proses pembuatan. Dikatakan, mereka mengandalkan pewarnaan alami dengan beragam motif dasar seperti daun bayam, ketepeng, jati, dan lainnya.

"Saya lihat sangat bagus, untuk itu saya dorong di tahun anggaran 2021, batik Ecoprint itu dijadikan sebagai batik kami di hari Kamis," ujar Yudhitya

Bahkan, ia juga sudah memesan beberapa batik buatan ibu Janah itu untuk Gubernur Maluku Utara KH Abdul Gani Kasuba.

Selain batik, di Maluku Utara juga memiliki kain tradisional, seperti Tenun Puta Dino Kayangan. Rumah tenun ini dikenal lantaran memproduksi kain tenun asli Tidore dengan berbagai motif yang sempat hilang sekitar 70 sampai 100 tahun yang lalu.

Rumah tenun yang berada di Kelurahan Soasio, Tidore, juga memperkenalkan kain tenun tradisional khas Tidore ke berbagai event Nasional maupun Internasional. Pemiliknya adalah Boki Anita Gathmir.

Kekayaan kain tenun tradisional dan batik inilah yang membuat banyak pihak tak ragu mendorong produk tersebut dijadikan seragam ASN di Malut. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES