Peristiwa Daerah

Ceritakan Perjalanan Hidupnya, Jokpin: Jadi Penyair Itu Perlu Proses Puluhan Tahun

Senin, 26 Oktober 2020 - 07:33 | 127.06k
Penyair Joko Pinurbo atau yang dikenal dengan panggilan Jokpin. (FOTO: Whiteboardjournal.com)
Penyair Joko Pinurbo atau yang dikenal dengan panggilan Jokpin. (FOTO: Whiteboardjournal.com)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Penyair terkemuka Indonesia Joko Pinurbo atau yang dikenal panggilan Jokpin mengatakan, bahwa menjadi penyair itu tidaklah bisa jika dilakukan dengan instan atau harus melalui proses yang panjang.

Menurutnya, ada banyak jalan terjal dan sulit yang harus dilalui jika ingin sampai pada puncak yang dicita-citakan seseorang tersebut.

Advertisement

"Yang pengen jadi penyair. Kita menemukan banyak kata-kata yang entah itu manis, entah itu cantik, entah itu bersajak-sajak di sosial media. Pengen jadi penyair. Sebenarnya penyair ini pekerjaan opo toh mas,” tanya Malik Candra dalam Channel YouTube COKLAT TV, yang dikutip TIMES Indonesia, Senin (26/10/2020).

“Itu saya juga heran. Saya sering diminta pelatihan menulis puisi. Saya yo heran ko banyak orang yang pengen jadi penyair. Padahal saya jadi penyair itu perlu proses puluhan tahun, laku prihatin," jawab Jokpin.

Tapi, lanjut laki-laki yang pernah mendapat penghargaan South East Asian (SEA) Write Award itu, sekarang ini banyak orang yang terburu-buru pengen jadi penyair dengan cepat. "Itu saya kadang-kadang ragu juga," tambahnya.

Ia pun menceritakan proses dirinya hingga menjadi penyair sekarang ini. Kata Jokpin, ia belajar menulis puisi sejak umur 15 tahun atau sejak kelas 1 SMA. Namun ia baru menemukan gaya yang cocok atau yang khas yakni baru pertengahan 1990-an.

"Jadi selama 18 tahun, saya prihatin jiwa-raga loh. Kedungsang-dungsang (bolak-balik) gagal, pernah beberapa kali ngirim naskah yo ditolak dan juga gak dianggap penyair," jelasnya.

Menurutnya, bisa menjadi sosok yang sekarang ini, ia terselamatkan oleh beberapa hal. Pertama, karena kecintaan atas kepenyairannya. Kedua, kekeraskepalaan. Dan ketiga, yakni karena kenikatannya.

"Jadi saya merasa berbakat itu (baru) pertengahan 90-an. Ketika usia saya 37 tahun. Bagaimana kita mengetahui berbakat atau tidak, jika belum mengalami proses yang panjang dan berbagai kegagalan," kata Jokpin.

“Mungkin teman-teman hanya melihat (Jokpin) hari ininya ya mas (Jokpin). Tanpa melihat proses panjangnya,” tanya Candra Malik lagi.

“Betul. Dan orangkan melihat saya hari ininya. Meskipun kesing (penampilan) saya tidak berubah. Saya inikan banyak mengecoh orang. Banyak orang tidak percaya saya ini penyair. Akhirnya saya menemukan bahwa, Kesing terbaik itu ya apa adanya," jawab Jokpin.

Menurut penyair kelahiran Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat, 11 Mei 1962 itu, Kesing untuk para penyair adalah tidak penting. Yang penting kata dia yakni adalah menjalani proses yang keras dan bisa menghasilkan karya yang menarik bagi penikmatnya.

"Penampilan mau dipoles kayak apapun, kalau dia tidak menjalani proses yang penuh keprihatian. Kalau karyanya tidak menawarkan sesuatu yang menarik ya, kesingnya itu tidak berguna. Saya tidak modal Kesing. Saya modal isi," ujarnya.

Seperti yang diketahui, Jokpin adalah salah seorang penyair terkemuka. Karya-karyanya telah menorehkan gaya dan warna tersendiri dalam dunia puisi tanah air. Puisi-puisi Jokpin merupakan perpaduan narasi, humor, dan ironi.

Jokpin piawai menggunakan dan mengolah citraan yang mengacu pada peristiwa dan objek sehari-hari dengan bahasa yang cair tapi tajam. Puisi-puisinya banyak mengandung refleksi dan kontemplasi yang menyentuh absurditas sehari-hari.

Salah satu karya fenomenalnya antara lain yakni buku puisi berjudul: Celana, Telepon Genggam, Selamat Menunaikan Ibadah Puisi dan Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung.

Atas pencapaiannya itu, penyair Jokpin telah memperoleh berbagai penghargaan. Salah satunya yakni penghargaan Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta pada 2001. Penghargaan Sih Award juga pada 2001. Penghargaan Sastra Badan Bahasa pada 2002. Kusala Sastra Khatulistiwa 2005. Dan South East Asian (SEA) Write Award pada 2014. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES