Mpu Sindok Meninggal, Muncul Ken Arok sang Pendiri Kerajaan Singhasari

TIMESINDONESIA, MALANG – Selain Mpu Sindok, Ken Arok juga menjadi sosok penting dalam pembentukan dan pembangunan wilayah Malang Raya. Saat ini, Malang Raya terbagi dalam tiga wilayah administrasi, yakni Kota Malang, Kota Batu dan Kabupaten Malang, yang pada 28 November ini akan merayakan hari jadinya ke 1260.
Ken Arok muncul usai berakhirnya Wangsa Isyana yang dibangun Mpu Sindok yang berkuasa mulai tahun 929 hingga 1222 Masehi di Jawa Timur, khususnya di wilayah Malang. Ken Arok mendirikan wangsa sendiri yakni wangsa Rajasa. Ken Arok mendirikan kerajaan baru di Kutoraja (Kebalen kota lama) yang kemudian dipindahkan ke Singosari oleh raja Ranggawuni.
Advertisement
Mpu Sindok meninggal pada 947 M dan Wangsa Rajasa didirikan untuk melepas kultur dari Mataram.
Sejarah mencatat, ketika kerajaan Singosari di bawah kepemimpinan Akuwu Tunggul Ametung yang beristrikan Ken Dedes, kerajaan itu di bawah kekuasaan kerajaan Kadiri. Pusat pemerintahan Singosari saat itu berada di Tumapel.
Namun setelah Ken Arok menjadi raja dengan membunuh Akuwu Tunggul Ametung dan kemudian menikahi Ken Dedes, pusat kerajaan Singosari itu dipindah ke Malang. Ini terjadi usai mengalahkan kerajaan Kadiri, dan saat jatuh ke tangan Singosari statusnya menjadi Kadipaten.
Ken Arok kemudian mengangkat dirinya sebagai raja dan bergelar Prabu Kertarajasa Jayawardhana atau Dhandang Gendhis (1185-1222).
Namun Singosari jatuh pada tahun 1292 oleh pemberontakan Jayakatwang (keturunan wangsa Isyana Mpu Sindok). Namun diluar dugaan, Jayakatwang kemudian dikalahkan tentara Mongol kiriman Kubilai Khan.
Raden Wijaya atau BhreWijaya dari klan wangsa Rajasa anakcucu Ken Arok dan Ken Dedes kemudian merebut kembali kerajaan Singosari dengan menghancurkan tentara Mongol.
Malang dahulu kala adalah Mataram baru atau versi baru dari kerajaan Mataram kuno.
Pada tahun 1293 berdirilah kerajaan Majapahit, kerajaan maritim terkuat di dunia, dengan teknologi senjata yang paling canggih di jamannya. Rajanya yang terkenal adalah Hayam Wuruk, dari Malang dari klan Rajasa.
Kerajaan ini mengalami jatuh bangun semasa kejayaan Mataram, kerajaan-kerajaan yang ada di Malang yang jatuh ke tangan Mataram, seperti halnya kerajaan Majapahit.
Pemerintahan pun kemudian berpindah ke Demak bersamaan dengan masuknya agama Islam yang dibawa oleh para Wali Songo.
Malang saat itu berada di bawah pemerintahan Adipati Ronggo Tohjiwo yang hanya berstatus kadipaten.
Pada masa-masa keruntuhan itu, menurut cerita rakyat, muncul pahlawan legendaris Raden Panji Pulongjiwo. Ia tertangkap prajurit Mataram di Desa Panggungrejo yang kini disebut Kepanjen (Kepanji-an).
Bukti-bukti lain kebesaran kerajaan Singhasari di Malang yang hingga sekarang merupakan saksi bisu adalah nama-nama desa seperti Kanjeron, Balandit, Turen, Polowijen, Ketindan, Ngantang dan Mandaraka. Peninggalan sejarah berupa candi-candi merupakan bukti konkrit seperti:
Candi Kidal di Desa Kidal kecamatanTumpang yang dikenal sebagai tempat penyimpanan jenazah Anusapati.
Candi Singhasari di Kecamatan Singosari sebagai penyimpanan abu jenazah Kertanegara. Candi Jago/Jajaghu di KecamatanTumpang merupakan tempat penyimpanan abu jenazah Wisnuwardhana.
Padan jaman VOC, Malang merupakan tempat strategis sebagai basis perlawanan seperti halnya perlawanan Trunojoyo (1674 - 1680) terhadap Mataram yang dibantu VOC. Menurut kisah, Trunojoyo tertangkap di Ngantang.
Awal abad XIX ketika pemerintahan dipimpin oleh Gubernur Jenderal, Malang seperti halnya daerah-daerah di nusantara lainnya, dipimpin oleh Bupati.
Bupati Malang I adalah Raden Tumenggung Notodiningrat I yang diangkat oleh pemerintah Hindia Belanda berdasarkan resolusi Gubernur Jenderal 9 Mei1820 Nomor 8 Staatblad 1819 Nomor 16. Pembentukan pemerintah modern di wilayah Malang oleh pemerintah kolonial keti itu tidak menjadi pedoman dalam penetapan Hari Jadi Kabupaten Malang. Penetapan Hari Jadi Kabupaten Malang berdasarkan tulisan di Prasasti Dinoyo atau prasasti Kanjuruhan yang bertuliskan tahun 682 Saka atau tahun 760 Masehi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |