Peristiwa Daerah Hari Jadi Kabupaten Malang

Ki Ageng Gribig, Keturunan Wali Songo yang Membuka Malang

Kamis, 05 November 2020 - 16:32 | 685.45k
Bupati Malang, Rendra Kresna, didampingi Wakil Bupati Malang, Sanusi saat ziarah ke makam Sang Pendiri Malang, Ki Ageng Gribig.(foto: Merdeka.com)
Bupati Malang, Rendra Kresna, didampingi Wakil Bupati Malang, Sanusi saat ziarah ke makam Sang Pendiri Malang, Ki Ageng Gribig.(foto: Merdeka.com)
FOKUS

Hari Jadi Kabupaten Malang

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANGKi Ageng Gribig diyakini sebagai orang pertama yang membuka wilayah Malang yang saat itu masih berupa hutan belantara.  Karena itu, Kia Ageng Gribig,-yang makamnya diyakini berada di wilayah Madyopuro, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang-, menjadi salah satu sosok penting tentang kelahiran Malang Raya, termasuk Hari Jadi Kabupaten Malang yang akan berusia 1260 tahun pada 28 November 2020.

Namun mengenai siapa sosok Ki Ageng Gribig tidak banyak yang tahu. Namun, salah satu karya besar Ki Wirapustaka, Serat Bauwarna yakni ensiklopedi Jawa menyebut khusus nama Ki Ageng Gribig. Dalam Serat Bauwarna memuat begini:

Advertisement

Ing ngandap punika pratelanipun para wali Ngajeng, wiwit kapranata susuhunan ngampeldenta.

Susunan Pandhanarang: Semarang

Pangeran Sapanjang: Surabaya

Pangeran Tumapel: Madura

Kyai Ageng Gribig: Malang (Pasuruhan)

Susunan Benang: Tuban (Rembang)

Susunan Dalem ing Giri Kadhaton: Surabaya

(Bauwarna, Padmasusastra Jilid 2/4 hal 205).

Ki Padmasusastra (1843-1926) adalah bapak sastra Jawa Modern  yang kerap terlupakan bahkan terpinggirkan. Pelupaan itu adalah efek dari opini publik yang percaya bahwa kesusastraan Jawa tamat oleh pujangga Jawa terakhir, Ranggawarsita.

1260-Tahun-kabupaten-Malang.jpg

Padahal Ki Padmasusastra, seperti dilansir di laman Kabut Institut Pusat Studi Sastra, Filsafat, Agama dan Kebudayaan adalah pokok dan tokoh yang kontroversial tapi mendekam dalam tumpukan masa lalu sastra Jawa.

George Quin (1992) bahkan menyebut Ki Padmasusastra  adalah pengembara, wartawan, cendekiawan, guru dan orang terkucil. Padahal dialah sosok yang mengawali pembentukan novel Jawa modern.

Dari teks sastra yang termuat dalam Serat Bauwarna di atas teridentifikasi bahwa Ki Ageng Gribig jelasnya seorang yang memiliki nasab keilmuan dari para sunan. Utamanya Sunan Ampel.

Karena disitu disebutkan bahwa bahwa Ki Ageng Gribig merupakan nama wali utama yang memiliki jalur kewalian yang jelas.

Itulah yang menjadi alasan mengapa para Bupati Malang, Wali Kota Malang atau pejabat yang sedang mencalonkan diri sebagai Kepala Daerah di Malang selalu menziarahi makamnya di komplek makam Ki Ageng Gribig, Kedungkandang, Kota Malang.

Masyarakat meyakini bahwa Ki Ageng Gribig hingga kini masih "mengawal" keadaan di Malang Raya.

Memang tidak ada satu pun yang mengetahui jelas keturunan dari Ki Ageng Gribig. Ki Ageng Gribig ini juga masih belum ditemukan kejelasan keturunan nasabnya.

Namun menurut buku Muhammadiyyah Setengah Abad (1912-1962) terbitan Departemen Penerangan RI, disebutkan bahwa Ki Ageng Gribig masih keturunan dari Sunan Maulana Malik Ibrahim yang berputra Maulana Ishaq, yang berputra Ainul Yaqin (Sunan Giri), yang berputra Maulana Muhammad Fadhillah (Sunan Prapen) yang berputra Maulana Sulaiman Alias Ki Ageng Gribik. Jadi jika ditarik kesimpulan, KH Achmad Dahlan yang bernama lahir Muhammad Darwis pendiri Muhamadiyyah itu masih keturunannya Ki Ageng Gribik (versi buku setengah abad Muhamadiyyah). (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES