
TIMESINDONESIA, SEMARANG – Tim pengabdian Universitas Diponegoro (Undip) bertema Iptek bagi Desa Binaan Undip (IDBU) memberikan bantuan teknologi pada UKM Batik Djago yang berada di Kampung Batik Rejomulyo di Semarang.
Di kampung batik ini, program dilaksanakan sebagai upaya persiapan dan penyediaan Kampung Batik sebagai Daerah Wisata untuk mendukung keberadaan Museum Kota Lama Semarang yang saat ini dalam proses pembangunan. Kampung Batik diharapkan menjadi daerah wisata yang ikonik dan menarik.
Advertisement
Kampung Batik Semarang merupakan salah satu kampung di Kota Semarang yang menyajikan berbagai macam budaya yang dikaitkan dengan sejarah Kota Semarang, serta berbagai macam produk Kain Batik.
"Kami memberikan dua alat untuk membantu proses pewarnaan agar bias dilakukan lebih cepat dengan kapasitas produksi yang lebih besar," kata tim pengabdian Undip, Siti Susanti, Ph.D di Semarang, Jumat (13/11/2020).
Pelaksanaan program IDBU lebih lanjut antara lain adalah Buku Mengenai Pewarna Alami, Buku Mengenai Design Alat Pengolahan Limbah Portabel, Artikel dengan judul “Analisis Metode Pembuatan Pewarna Alami”, Website E-Commerce, Website Kampung Batik, dan Alat Pencahayaan Batik (Lampu Emergency).
Dalam persiapan Kampung Batik diperlukan adanya sebuah media online yang dapat menyajikan informasi seputar Kampung Batik, seperti sejarah, lokasi lingkungan, budaya, adat, serta spot wisata yang unik. Dengan adanya media online berupa website, dapat memungkinkannya menarik pengunjung tidak hanya dari daerah saja, tetapi dapat menarik wisatawan luar kota maupun mancanegara.
Kampung Batik juga memiliki beberapa UKM produksi kain batik, yang memiliki berbagai macam motif dan teknik, seperti batik tulis, batik celup, batik modern, dan lainnya. Penggunaan E-Commerce diperlukan untuk mempermudah serta memperluas pasar batik sebagai tempat pemasaran berupa produk kain batik dari Kampung Batik.
"Dalam mendukung pemasaran kain batik, diperlukannya sebuah ruang dengan layout serta tampilan yang baik dan juga pencahayaan yang sempurna. Pencahayaan sangat berperan dalam menampilkan keindahan motif batik tersebut. Oleh hal tersebut kami berinovasi untuk melakukan pembuatan system pencahayaan yang dapat dilokasikan dengan baik serta dapat beroperasi dalam keadaan sulit," kata Susanti.
Selain memproduksi kain batik, Kampung Batik juga memiliki salah satu produsen yang berperan dalam pembuatan produk berupa pewarna alami dengan memanfaatkan limbah berupa kulit bawang merah. Pewarna alami sendiri merupakan salah satu jenis pewarna yang hasilkan dari salah satu bagian tumbuhan, sehingga dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan.
Oleh karena itu TIM KKN Undip berinovasi untuk melakukan pembuatan sebuah media informasi atau media cetak berupa buku dan artikel yang membahas mengenai pewarna alami. Dimana diharapkan dari media tersebut dapat memberikan gambaran serta memperluas pengetahuan mengenai pewarna alami yang juga memungkinkan untuk dibagikan kepada wisatawan yang berkunjung.
Dalam produksi kain batik, tidak lepas dari adanya hasil berupa produk samping yaitu limbah. Limbah merupakan produk samping yang dihasilkan dari proses produksi yang tidak memiliki nilai atau bahkan dapat merugikan atau mencemari lingkungan.
Dalam upaya untuk menjaga lungkungan Kampung Batik tetap bersih dan tidak tercemar diperlukannya sebuah alat pengolah limbah batik berwujud cair, yang dapat dipergunakan dengan mudah. Oleh karena itu tim Undip melakukan observasi serta melakukan inovasi dalam pembuatan buku design alat pengolah limbah batik portable, sehingga untuk kedepannya dapat memungkinkan pembuatan alat limbah batik dan terwujudnya Zero Waste. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |