Refleksi HUT ke -1260 Kabupaten Malang, Potensi dan Prestasi Pertanian jadi Barometer Dunia

TIMESINDONESIA, MALANG – Kabupaten Malang menjadi barometer sektor pertanian nasional dan dunia, karena mempunyai potensi dan prestasi yang mengesankan.
Layak sekiranya menapaki usia ke-1260 melakukan refleksi atas prestasi Kabupaten Malang dalam bidang (sektor) pertanian untuk terus ditingkatkan sesaui akselerasi dari program ketahanan pangan nasional.
Advertisement
Kopi Dampit Ekspor
Ekspor Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada tahun 2019 naik sangat signifikan. Menurut catatan Dinas Perindustrian dan Perdagangan, nilai ekspor mencapai USD 481.039.000,32.
Padahal, tahun 2018, hanya USD 402.625.750,63. Ada kenaikan USD 78.413.629,70 atau 19,48 %. Salah satu yang ikut mendongkrak nilai ekspor tersebut adalah kopi.
Ada peningkatan realisasi nilai ekspor pada tahun 2019 sebesar USD 481.039.000,32. Tahun 2018 hanya USD 402.625.750,63. Jadi ada peningkatan USD 78.413.629,70 atau 19,48 %.
Salah satu komoditi yang diekspor adalah biji kopi yang dari tahun ke tahun, ekspor kopi dari Kabupaten Malang bagus dan diminati konsumen luar negeri.
Selain dari sisi nilai ekspor, jumlah negara tujuan pun ikut bertambah, dari 53 negara pada tahun 2018, menjadi 81 negara pada tahun 2019.
Beberapa komoditas yang diekspor diantaranya, kulit, kerajinan kayu, kerajinan alumunium, mebel, tekstil, kopi, kakao, sepatu, rokok, dan sebagainya. Total ada 32 komoditas yang diekspor.
Dari sekian banyak komoditas ekspor tersebut, rokok paling mendominasi. Nilainya mencapai USD 263.562.633, 95. Posisi kedua ditempati kopi, nilainya mencapai USD 56.930528,30.
Tercatat ada sepuluh besar komoditas yang mendominasi ekspor Kabupaten Malang pada tahun 2019. Di antaranya, rokok, kopi, udang, alkohol, jelly, cengkeh, kulit, kayu, mebel, dan tekstil.
Berdasarkan data, potensi kopi Kabupaten Malang, luar biasa. Salah satu sentranya ada di Dampit. Kualitasnya nomor satu di dunia, sehingga kopi Dampit paling diburu pasar luar negeri.
Kopi Indonesia, khususnya kopi dari Kabupaten Malang, adalah salah satu kopi terbaik di dunia. Berdasarkan topografi Kabupaten Malang, jenis tanaman kopi yang lebih sesuai adalah Robusta.
Luas areal kopi Robusta di “Bumi Kanjuruhan” ini mencapai 11.928 Ha, baik tanaman menghasilkan, tanaman belum menghasilkan, maupun tanaman rusak. Sedangkan luas areal kopi Arabika 1.020 Ha.
Rujukan Studi Banding
Kondisi topografi Kabupaten Malang telah membuat wilayah seluas 3.526 km persegi ini menyimpan potensi luar biasa dalam sektor pertanian. Tercatat, dari luasan total itu sebagian besar wilayahnya merupakan lahan pertanian dan perkebunan.
Yakni, sekitar 14,31 persen (45.888 hektar) merupakan lahan sawah, 37,82 persen (121.286 hektar) adalah tegal/ladang/kebun, 7,53 persen (24.142 hektar) adalah areal perkebunan dan 11,30 persen (36.230 hektar) adalah hutan.
Luasnya lahan pertanian di Kabupaten Malang ini pula yang membuatnya dikenal sebagai lumbung pangan di tingkat daerah maupun nasional.
Khususnya produk padi yang setiap tahun mengalami surplus serta beberapa produk pertanian dan perkebunan lainnya yang dikenal sampai mancanegara.
Potensi besar pertanian ini pula yang kerap menjadikan Kabupaten Malang jujugan pembelajaran atau kunjungan kerja dari berbagai pemerintah daerah lain.
Seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, yang datang untuk melihat potensi pertanian di Kabupaten Malang, Kamis (01/08/2019).
Kunjungan kerja dipimpin Bupati Pandeglang, Irna Narulita, bersama Wakil Bupati Tanto Warsono Arban beserta beberapa pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, khusus untuk melihat berbagai keberhasilan sektor pertanian di Kabupaten Malang.
Kunjungan kerja dari Pemkab Pandeglang, Banten fokus di bidang pertanian. Para tamu yang datang telah lama membaca berbagai keberhasilan para petani kabupaten Malang.
Adanya kunker, membuktikan bahwa berbagai prestasi Kabupaten Malang, bukan hanya diketahui di dalam daerah saja. Tapi juga telah didengar dan diketahui oleh berbagai kota dan kabupaten di Indonesia.
Secara umum diketahui bahwa kawasan pertanian dibagi menurut kelompok yang mencerminkan basis komoditas utama yang dikembangkan.
Yakni, kawasan tanaman pangan, kawasan holtikultura, kawasan perkebunan, dan kawasan peternakan.
Berbagai kawasan tersebut telah ditetapkan sebagai kawasan pengembangan nasional untuk komoditas padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, tebu dan kopi.
Dengan unggulan tanaman pangan masih didominasi oleh komoditas Padi. Komoditas Padi mendominasi terlihat dari hasil panen pada tahun 2018 sebesar 498.051 ton. Masih mengungguli komoditas pangan lainnya. Produksi Jagung sebesar 270.881 ton, dan Kedelai sebesar 17.069 ton.
Sementara komoditi sayur-sayuran, wilayah potensial berada di wilayah pengembangan (WP) Ngantang.
Sedangkan untuk komoditas hortikultura unggulan di Kabupaten Malang, adalah Apel di kecamatan Poncokusumo dan Pujon.
Untuk Klengkeng ada di Kecamatan Tumpang dan Poncokusumo, Salak Suwaru dan pengolahannya di Desa Suwaru, Pagelaran. Untuk buah Alpukat di Kecamatan Wajak, dan pisang merata di seluruh kecamatan.
Di WP Dampit, sektor perkebunan menjadi andalan dan bisa menjadi ruang untuk belajar terkait berbagai komoditas itu.
Cengkeh, Kopi, Tebu, serta Kelapa Sawit adalah bagian dari komoditas yang namanya telah memikat berbagai kalangan, dalam maupun luar negeri.
Mentan RI Memuji Sanusi
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengapresiasi Bupati Malang Sanusi yang menyiapkan sarana prasarana produksi pertanian lengkap.
Mentan menilai penanganan Bupati Malang luar biasa dan kalau kepala daerah mendorong seperti ini, kelompok tani akan bisa berkembang serta kualitas tanaman-tanaman bisa lebih baik.
Dia mengatakan itu saat melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (3/9/2020).
Dalam kesempatan itu, menteri yang akrab disapa SYL ini menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan klaim asuransi.
Adapun, kehadiran SYL di Kabupaten Malang karena Kementerian Pertanian (Kementan) tengah mendorong pengembangan bibit unggul.
Dalam kunjungan ini, Kementan membagikan KUR dari BNI sebesar Rp 200 juta, kemudian KUR BRI sebesar Rp 450 juta, dan KUR Mandiri Rp 200 juta.
Kementan juga menyerahkan klaim asuransi sebesar Rp 61.260.000 dan premi Rp. 227.035.800 dari PT Jasindo. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rochmat Shobirin |