Kampung Ibu Sayur Ikhlas Graha Mutiara Jadi Pilot Project Ekowisata Desa

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Keberadaan wahana ekowisata Kampung Ibu Sayur Ikhlas di Perumahan Graha Mutiara, Desa Kebonagung Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur mulai mendapatkan perhatian serius dari pemerintah.
Kampung ini akan menjadi pilot project bagi Program Desa Industri Mandiri Makmur (DIMM) yang digagas oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Sidoarjo.
Advertisement
Ketua KADIN Sidoarjo Drs. H. Amad Roid mengungkapkan, kehadiran Kampung Ibu Sayur Ikhlas merupakan inisiatif warga setempat. Sedangkan KADIN Sidoarjo hanya bertindak sebagai pendamping.
Di mana sejak awal tahun lalu, KADIN memang memiliki rencana program bernama Desa Industri Mandiri Makmur (DIMM).
Program ini bertujuan agar setiap desa mengembangkan potensinya. Sehingga dengan potensi tersebut, masing-masing desa bisa memiliki sumber penghasilan bagi warga desanya.
"Kami berharap ini akan bisa berkembang sehingga orang Sidoarjo tidak bingung cari konsumsi maupun menjualnya sudah ada di sekitarnya. Itu prinsip dasarnya," ungkap Ahmad Roid, Jumat (27/11/2020).
Namun program kerja yang menggandeng pemerintah daerah dan BUMN tersebut sempat tertunda karena adanya Covid-19.
Oleh sebab itu, kehadiran Kampung Ibu Sayur Ikhlas sekaligus menjadi pengungkit kembali semangat tersebut. Bermula, ide dari warga perumahan untuk memulai menjadi embrio bagi lahirnya desa eko wisata sayur, ikan dan buah.
"KADIN hanya berfungsi dalam pendampingan itu memediasi antara dunia usaha dengan dunia yang saat ini sedang dikerjakan," imbuh Roid.
Ia melanjutkan, pihaknya hanya menumbuhkan minat masyarakat setempat dan mendorong terwujudnya potensi itu. Sementara untuk urusan teknis adalah kewenangan pengelola setempat.
Ke depan, Ahmad Roid berharap agar desa ekowisata di seluruh kecamatan di Sidoarjo mulai muncul satu demi satu. Ide tersebut bisa dari desa, perumahan maupun lingkungan. Tidak harus sayur, namun juga bisa memunculkan komoditas lain.
"Graha Mutiara ini jadi pilot project. Karena mereka muncul duluan. Idenya itu kita dorong," tandasnya.
Rencana mewujudkan DIMM bukan tanpa sebab. Menurut Roid, program ini sudah mendapatkan lampu hijau dari pemerintah.
"Pemerintah sangat mendukung. Kenapa? Sidoarjo ini kalau kita lihat kondisinya secara umum ekonomi, kita punya UMK itu ring 1. UMK tinggi sekali. Sehingga banyak perusahaan padat karya mem-PHK karyawan," jelasnya.
Roid menambahkan, yang harus menampung adalah dunia UMKM. Maka, indusri kecil menengah harus dihidupkan. Akan tetapi kesulitan dunia UMKM adalah proses pemasaran. Maka, dengan DIMM ini diharapkan pasar sudah tersedia.
"Barangnya sudah tersedia sehingga lebih mudah untuk menjual," ujarnya.
Warga Perumahan Graha Mutiara sekaligus yang membidani lahirnya Kampung Ibu Sayur Ikhlas, Drs.Sambit Wahyudiono menuturkan, munculnya gagasan ini adalah panggilan untuk membangkitkan ekonomi warga di tengah pandemi. Sebagai pengurus Tamir Masjid Al Ikhlas, Sambit juga memiliki tujuan awal menjadi penggerak ekonomi umat. Sehingga menyematkan nama Ikhlas dalam eko wisata tersebut. Apalagi, Graha Mutiara memiliki potensi yang cukup besar baik SDM maupun lokasi.
"Dan ini langkah awal kita untuk menjawab ekonomi yang kita tidak bisa diramal sampai kapan. Sengaja kita buat eko wisata jadi Kampung Ibu Sayur singkatan dari Ikan, Buah dan Sayur untuk menarik konsumen, menarik wisatawan sehingga nanti kehidupan ekonomi warga khususnya dan sekitarnya bisa jalan," jelas Sambit.
Pihak pengelola mempersiapkan beberapa infrastruktur seperti outlet UMKM, tempat bermain, tempat ngopi dan panggung kecil. Di samping itu, ada ikan, buah, sayur yang akan dikelola bersama warga melalui kelompok tani sebagai pengelola manajemen.
Pola ekonomi mandiri seperti ini, jelas pria yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua KADIN Sidoarjo Bidang Ketenagakerjaan dan SDM itu, akan mampu mendasari kebangkitan ekonomi dan ke depan juga berpotensi sebagai penyerapan tenaga kerja. Kemandirian ekonomi dan ketahanan pangan akan muncul.
"Ini penting sekali perhatian dari pemerintah karena pola ekonomi yang mandiri, kalau di setiap desa ada seperti ini dan dirawat dengan bagus, maka menjadi kekuatan ekonomi yang luar biasa yang sangat besar," ucapnya.
Menurut Sambit, Kampung Ibu Sayur Ikhlas memiliki keunggulan karena terintegrasi. Tidak hanya menanam atau sekedar membuat kolam. Namun juga mempunyai jaringan.
"Nanti wisatawan kita jemput kita siapkan bis ke sini sehingga mereka bisa getok tular. Begitu juga nanti siapkan bis secara bergantian kita jadwal," ujarnya.
Dia berharap agar program ini didukung oleh pemerintah secara menyeluruh. Bukan hanya di kepalanya saja, tapi juga ekornya. Artinya, pemerintah juga harus membantu dari sisi networking dan pemasaran.
"Dari kepala sampai ekornya nyambung, ya pasarnya ya kebijakannya. Jangan hanya membuat program pelatihan tapi setelah itu selesai, kasihan. Paling lama dua tahun tutup. Kita nggak ingin, kita ingin lanjutkan ini," tegasnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, apabila desa-desa ekowisata mulai berkembang, KADIN Sidoarjo bisa mewujudkan DIMM. Di mana nantinya juga akan berkembang dengan nama Desa Bisnis Center (DBC). Seluruh potensi desa berada pada satu tempat menjadi miniatur desa yang metropolis. Desa ini menjawab seluruh kebutuhan masyarakat.
"Mau mantenan, mau punya apa semua ada di situ. Outlet-outlet ekonomi kita siapkan," jelasnya.
Pihaknya bahkan telah melakukan komunikasi dengan pemerintah setempat tentang pentingnya DBC. Antara lain menggairahkan minat pemuda desa untuk berwiraswasta.
Dodi Wiratmoko, Ketua Kelompok Tani Ikhlas di Graha Mutiara menambahkan, program ini memang berawal dari perkumpulan warga di masjid. Selanjutnya, masjid membentuk tim ekonomi kebetulan di dalamnya ada dua program yaitu program pusat informasi bisnis jamaah dan eko wisata kampung sayur.
"Kebetulan kemudian saya ditunjuk untuk mengerjakan Kampung Eko Sayur. Karena di situ ada tiga item produk yaitu ikan, buah dan sayur yang kita kembangkan," ucapnya.
Saat ini Kampung Ibu Sayur Ikhlas sudah mengembangkan penanaman sayur-sayuran terutama buah-buahan. Pada Kamis (26/11) kemarin, pembangunan kolam ikan turut dimulai. Rencananya sekitar 2000 bibit ikan ditebar. Warga saling gotong royong untuk mengerjakan guna mewujudkan visi utama menuju desa eko wisata.
"Jadi nanti ada tiga item yang nanti kita akan kerjakan. Adalah untuk memanfaatkan fasum yang ada di perumahan ini yang selama ini belum dikerjakan ataupun sudah dikerjakan tetapi tidak menghasilkan sesuatu hanya bunga dan sebagainya," jelas Dodik.
Keseluruhan upaya tersebut adalah untuk kepentingan warga karena memang tujuan utamanya bukan sebagai ajang bisnis.
"Tujuan utamanya nanti akhirnya adalah untuk ekowisata. Nanti yang dikembangkan itu ekonomi wisata, bukan ekonomi bisnis. Tapi di dalamnya akan kita jual sedekah hanya untuk mengganti replanting maupun perawatan," tuturnya.
Saat ini pengelola ekowisata Kampung Ibu Sayur Ikhlas tengah gencar melakukan promosi. Baik ke dinas pemerintah maupun media sosial seperti Explore Sidoarjo. Kawasan ini juga sudah bisa ditemukan di Google Maps, Instagram dan Wikipedia. "Karena kita menggunakan anak-anak muda Karang Taruna sebagai IT," ucapnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |