Peristiwa Daerah

Inspirasi Azis Aptira SH, Si Anak Kampung yang Kini Sukses sebagai Advokat dan Praktisi Hukum

Rabu, 09 Desember 2020 - 16:01 | 116.77k
Azis Aptira dan calon istrinya, Seni Nurjanah. (Foto: dokumen pribadi)
Azis Aptira dan calon istrinya, Seni Nurjanah. (Foto: dokumen pribadi)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANDUNG – Namanya singkat dan mudah diingat; Azis Aptira SH. Usianya masih muda, 26 tahun. Advokat dan praktisi hukum yang satu ini cukup dikenal sebagai advokat muda di Jawa Barat. Khususnya kawasan Tasikmalaya.

Kisah hidup Azis hingga sukses seperti sekarang ini cukup menginspirasi. Ia sosok yang sederhana dan rendah hati. Khas profesional sukses yang besar dari kampung dengan mimpi besarnya.

Advertisement

Azis lahir dan besar di sebuah kampung di Jawa Barat. Persisnya di Cilutung. Sebuah kampung di Kecamatan Cikalong, Kabupaten Tasikmalaya.

Sejak duduk di bangku TK sampai dengan MA (Madrasah Aliyah), Azis tinggal bersama neneknya. Itu karena sejak usia 3 tahun kedua orang tua Azis memutuskan untuk berpisah. 

Di kampung inilah, Azis kecil yang lugu itu tartancap cita-cita dan mimpi besar di otaknya. Seperti anak-anak kota pada umumnya, cita-cita Azis di kampung Cilutung begitu membara. 

Ketika usia 10 tahun, tepatnya sejak duduk di bangku SDN (Sekolah Dasar Negeri), Azis sudah bercita-cita menjadi seorang pengacara.

"Saya lahir dari keluarga sederhana. Ibu saya adalah seorang wirausaha, bapak saya adalah seorang petani bersama istrinya. Sejak usia 3 tahun saya tinggal bersama nenek saya sampai usia 19 tahun," kenang Azis dalam komunikasi dengan TIMES Indonesia, Rabu (9/12/2020).

Saat usia 19 tahun, nenek Azis  menghadap yang maha kuasa terlebih dahulu. Saat itu ia telah menyelesaikan pendidikan di bangku MAN (Madrasah Aliyah Negeri) di Cikalong. 

"Sekitar akhir tahun 2013, saya memutuskan untuk pergi merantau. Tidak jauh. Hanya bergeser ke Kota Tasikmalaya. Sekitar 80-an kilometer," kenang Azis.

Di kota ini, awal tahun 2014, Azis bekerja di sebuah restoran selama 3 bulan sambil menunggu hasil Ujian Nasional (UN) MAN. Dari hasil bekerja di restoran tersebut terkumpullah uang Rp 900.000.

"Uang segitu untuk ukuran saya adalah uang yang sangat besar," ucapnya.

Setelah 3 bulan bekerja Azis memutuskan pulang. Karena uang tersebut tidak cukup untuk membayar pendaftaran awal kuliah dengan jumlah yang cukup besar. 

Setelah sampai di rumah, Azis berbicara kepada orang tua dan keluarganya. Malang, semua keluarga Azis tidak ada yang mendukung untuk kuliah.

"Kecuali almarhum nenek saya yang ingin saya kuliah. Waktu itu nenek bilang dengan jaminan akan memenuhi beras saja tiap bulan untuk memenuhi makan sehari-hari," kata Azis.

Tidak sama seperti anak-anak seusianya yang banyak mendapat dukungan keluarga, Azis muda berbeda. Kendati begitu ia tetap bersikeras melanjutkan kuliah. 

"Saya paham, sebenarnya saya tidak diizinkan karena keterbatasan biaya dan notabene keluarga saya tidak ada yang lulusan sarjana," kata Azis.

Berbekal tekad itu Azis memutuskan kuliah sambil kerja. Itu baru terealisasi ketika menginjak semester 3. Selama awal perkuliahan sampai semester 2, biaya hidup dan uang kuliah dihasilkan dari bekerja sebagai penulis. Seperti jasa pembuat tugas atau makalah para mahasiswa di Sekolah Tinggi Hukum di Kota Tasikmalaya.

Singkat cerita, munculnya mimpi menjadi pengacara tersebut ketika Azis menganggap tidak adanya keadilan untuk keluarganya. Di mana banyak orang yang merendahkan derajat keluarga yang kurang akan pendidikan tinggi. 

Ditambah lagi ketika Azis mendengar kisah seorang nenek bernama Asyani yang harus mendekam di penjara karena tuduhan mencuri kayu milik Perhutani. Di sisi lain, koruptor dan para pelanggar hukum negara justru menerima sanksi ringan. Bahkan tak jarang bebas begitu saja. 

"Ini yang membuat saya gemes. Makanya ketika cita-cita menjadi pengacara berhasil, saya ingin berguna bagi masyarakat, terutama bagi keluarga. Saya yakin menjadi pengacara akan memberikan ruang lebih luas bagi saya untuk menegakan keadilan," tegas Azis penuh semangat. 

Azis pun selalu berdoa untuk dirinya sendiri semoga menjadi pengacara yang mengedepankan kejujuran di setiap sikap dan keputusan. Dengan tekad kuat untuk mencapai cita-cita sejak kecil yang penuh pengorbanan dan perjuangan tersebut, sampailah kepada tahap di mana Azis resmi dilantik dan disumpah menjadi advokad pada tanggal 31 Agustus 2020.

"Sebenarnya ini bukanlah pencapaian terbaik dalam hidup saya. Ini baru pintu awal untuk mewujudkan cita-cita besar saya. Semoga Allah SWT memberikan rezeki umur untuk mewujudkan semua mimpi-mimpi besar saya berikutnya," ucap Azis Aptira SH, sang advokat muda Tasikmalaya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES