Peristiwa Daerah

Batik Sukapura Warisan Budaya untuk Generasi Muda Tasikmalaya

Jumat, 11 Desember 2020 - 08:47 | 197.39k
Batik Sukapura Tasikmalaya (foto : istimewa)
Batik Sukapura Tasikmalaya (foto : istimewa)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, TASIKMALAYA – Melestarikan budaya atau ciri khas daerah selalu terbentur dengan minimnya regenerasi. Apalagi sekarang zamannya kecanggihan teknologi yang sudah menjadi budaya baru bagi generasi muda. Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat memiliki banyak ciri khas atau budaya, seperti Batik Sukapura. Namun, keberadaannya mulai langka karena minimnya regenerasi dari perajinnya.

 Menyikapi hal tersebut, Kelompok Usaha Bersama (KUB) Batik Tulis Karuhun Sukapura Gandok Jaya Mukti Kampung Ciseupan RT/RW 11/07 Desa Janggala, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya secara berkelanjutan meregenerasi perajin batik menjadi perhatian Pemerintah Desa Janggala.

Advertisement

 “Kami melihat jumlah anak muda yang mau menjadi perajin batik masih sangat terbatas. Maka regenerasi menjadi hal yang penting untuk menjaga keberlanjutan industri batik,” ujar Kepala Desa Janggala Asep Ahmad Kastoyo, kepada TIMES Indonesia.

Asep mengungkapkan, pemerintah desa gencar melakukan sosialisasi dan memberikan edukasi keterampilan membatik kepada para generasi muda. Saat ini terdapat lima anak muda yang sudah mulai dilatih membatik.

Menurutnya, industri batik selama ini memiliki peran penting sebagai penggerak perekonomian dan penyedia lapangan kerja. Selain meningkatkan kompetensi sumber daya manusia, pihaknya juga bekerja sama dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya aktif melaksanakan pengembangan kualitas produk, standarisasi dan peralatan untuk memacu daya saing dan kapasitas produksinya.

 “Kami terus melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas dalam pengembangan batik tulis Sukaraja ini. Kami juga terus membangkitkan semangat para perajin industri batik ini untuk terus mengembangkan usahanya, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ungkapnya.

Asep menuturkan, untuk para perajin batik saat ini didominasi kaum ibu-ibu rumah tangga. Usianya pun sudah terbilang cukup tua, untuk menarik minat bakat anak muda pihaknya juga sering melakukan sosialisasi tentang batik. Asep berharap para generasi muda ini mau turut mengembangkan budaya batik khas Sukapura yang sudah turun temurun.

Membatik ini memang cukup rumit, perlu ketelatenan dan kesabaran. Biasanya anak muda sekarang maunya simple, cepat dan gajinya besar. “Kalau membatik ini kan perlu kesabaran yang cukup tinggi. Kalau salah diulang warnanya, tergantung kainnya juga dan begitu selesai ada kepuasan batin tersendiri,” kata dia.

Menurut Asep, penanaman kecintaan terhadap batik perlu ditanamakan sejak dini. Tujuannya agar generasi penerus mau melanjutkan membuat batik. Yang paling penting, cinta terlebih dahulu terhadap batik agar karya warisan para leluhur itu tetap lestari.

“Saya berharap dari kalangan generasi muda mulai sadar untuk turut terjun dalam pembuatan batik Sukapura. Jangan sampai dituntut oleh pihak lain hanya karena keengganan kita untuk melestarikan dan mewarisi seni budaya membatik,” ucapnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES