Kecamatan Tegalampel Bondowoso Bikin Aplikasi Bank Data, Apa Saja Fungsinya?

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Pemeritah Kecamatan Tegalampel Bondowoso melakukan inovasi dengan membuat aplikasi bank data bernama 'Ketan Jahe' (Kecamatan Tegalampel Menuju Jaringan Hebat).
Hasil inovasi tersebut mempunyai banyak kelebihan. Tak hanya memuat data penduduk di setiap desa, bahkan kondisi infrastruktur hingga jumlah janda di masing-masing desa bisa diketahui.
Advertisement
Aplikasi tersebut merupakan hasil kerja sama dengan Pendamping Desa (PD), pihak desa dan beberapa pihak terkait. Aplikasi ini sudah diterapkan di setiap desa/kelurahan sejak awal 2019 lalu.
Total ada tujuh desa dan satu kelurahan di Kecamatan Tegalampel. Yaitu Desa Mandiro, Tegalampel, Tanggulangin, Klabang Agung, Purnama, Klabang, Karanganyar dan Keluarahan Sekarputih.
Salah seorang operator desa, Suja'e mengatakan, di aplikasi ini data kependudukan, ekonomi, infrastruktur, kesehatan, kondisi sosial, pendidikan dan sebagainya sudah tercatat.
"Misalnya data kependudukan. Kita klik satu orang, maka di sana akan keluar kondisi rumah, kekayaan dan pekerjaannya. Misalnya punya sapi berapa dan sebagainya," jelasnya.
Tak hanya itu, jika ada warga yang pindah atau ada warga baru juga akan dicatat. Termasuk ada berapa petani, PNS dan pedagang bisa diketahui. Hingga kondisi jalan yang baik dan rusak pun terdata.
"Warga yang masih balita dan belum kawin juga terdata. Yang putus sekolah berapa. Bahkan jumlah janda di desa juga ada. Klik mamanya, maka kita bisa mengetahui alamat dan umurnya," terangnya.
Kalsifikasi data yang sangat detail tersebut kata dia, nanti mempermudah pemeritah baik di tingkat desa hingga pusat untuk melakukan program.
"Misalnya terkait program pemberian bantuan sosial oleh dinas. Maka melalui aplikasi ini, bisa diketahui mana yang layak dan yang tidak. Sehingga bantuan tepat sasaran. Termasuk saat Pemilu, mana yang sudah punya hak pilih dan belum," tegasnya.
Sementara itu, Camat Tegalampel, Ferry Hadi Sutjipto mengatakan, input data di masing-masing desa dilakukan secara bottom up atau door to door.
"Yaitu pencacahan segala aspek yang ada di masing-masing warga. Apakah kategori miskin, disabilitas, putus sekolah, sudah punya KTP atau tidak dan sebegainya," terangnya.
Pelaksanaan 'Ketan Jahe' terutama pendataan sudah dimulai awal Februari 2019 lalu. Yaitu dengan metode pengisian jurnal desa yang diampu masing-masing kepala dusun dan melibatkan RT/RW.
"Setiap satu perangkat desa mencacah 10 jiwa setiap hari. Maka kalau ada 8 perangkat maka ada 80 jiwa yang didata setiap hari. Hingga akhirnya aplikasi ini diresmikan hari ini," terangnya.
Namun demikian kata dia, aplikasi ini belum bisa diakses secara online karena dikhawatirkan ada kebocoran data. "Makanya kami butuh tim ahli dari kabupaten untuk membantu melindungi data ini," terangnya.
Pengoperasian Aplikasi 'Ketan Jahe' tersebut, diresmikan langsung oleh Bupati Bondowoso KH Salwa Arifin, di Aula SMK PP Negeri I Tegalampel, Selasa (22/12/2020).
Selain bupati Bondowoso, hadir dalam peresmian Pengoperasian aplikasi bank data hasil inovasi Kecamatan Tegalampel tersebut, Pendamping Desa, seluruh Kades/lurah, Muspika, dan sejumlah pihak terkait lainnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Sholihin Nur |