Peristiwa Daerah

Mengenang Insiden Kecelakaan Rombongan Transmigrasi di Jembatan Sewo Indramayu

Selasa, 29 Desember 2020 - 03:33 | 419.22k
Lokasi pemakaman para korban tewas dalam insiden bus transmigrasi di Indramayu. (FOTO: Muhamad Jupri/TIMES Indonesia)
Lokasi pemakaman para korban tewas dalam insiden bus transmigrasi di Indramayu. (FOTO: Muhamad Jupri/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, INDRAMAYU – Di masa Presiden Soeharto, terjadi transmigrasi besar-besaran, demi pemerataan penduduk. Saat itu, program transmigrasi yang dicetus pemerintah memang banyak yang menginginkannya. Harapannya, adalah demi mendapatkan kehidupan yang lebih layak di tempat yang baru.

Hal tersebut pun dilakukan oleh orang-orang dari Boyolali, Jawa Tengah, yang mendambakan adanya kehidupan yang layak. Karena itu, banyak masyarakat yang berbondong-bondong mendaftarkan diri untuk ikut program transmigrasi ini.

Advertisement

Namun naas, tampaknya beberapa orang yang mendaftarkan diri dalam program ini, secara tidak langsung sudah menyerahkan nyawanya, dan tidak akan mendapatkan kehidupan yang layak seperti yang didambakannya.

Pagi itu, 11 Maret 1974 sekitar pukul 04.30 WIB, rombongan transmigrasi berjalan beriringan dari Boyolali Jawa Tengah, menuju Sumatera Selatan. Dengan menggunakan bus, rombongan transmigran rela menempuh jarak ratusan kilometer.

pemakaman-para-korban-tewas-2.jpg

Tiba di wilayah Pantura Indramayu, tepatnya di Kecamatan Sukra, perbatasan antara Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Subang, terjadi insiden yang memupuskan harapan para transmigran mendapatkan kehidupan layak. Salah satu dari enam bus, tergelincir dan masuk ke dalam sungai saat melewati jembatan Sewo, pembatas antara Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Subang.

Sebanyak 67 orang dewasa dan anak-anak yang berada dalam bus tersebut, tewas di tempat. Di antara korban tewas dalam bus tersebut, terdapat tiga orang anak-anak yang selamat. Mereka kemudian diangkat sebagai anak angkat keluarga besar transmigrasi.

Semua korban yang tewas akhirnya dimakamkan di dekat pemakaman umum yang terletak dekat lokasi kejadian. Mereka pun ditetapkan sebagai Pioner Pembangunan Transmigrasi. Karena, mereka merupakan rombongan pertama yang diberangkatkan ke lokasi transmigrasi, saat program transmigrasi pertama kali dicetuskan di Indonesia.

Di area pemakaman ini pun dibangun sebuah monumen, serta menampilkan daftar para korban tewas dari kecelakaan naas tersebut. Di bagian atas monumen terdapat pepatah Jawa, 'Jer Basuki Mawa Beya', yang artinya 'Tidak Ada Suatu Keinginan yang Dapat Dicapai, Tanpa Pengorbanan''. Monumen ini untuk memberikan penghormatan kepada para Pinoner Pembangunan Transmigrasi tersebut.

Semenjak kejadian itu, banyak para pengendara yang melempar koin ketika melewati jembatan tersebut. Tujuannya agar diberi keselamatan selama perjalanan melintasi Jalur Pantura dari gangguan makhluk halus. Hal ini dikarenakan ritual lempar koin juga dikait-kaitkan dengan sosok kuntilanak yang menunggui jembatan ini. Konon, semua mahluk halus tidak akan mengganggu jika para pengendara yang melintas melempar uang. (*)

Menurut salah satu penyapu koin sekaligus sesepuh di situ, Carta (40), tidak jelas kapan ritual lempar koin ini mulai ada. Namun, sebagian besar masyarakat meyakini jika tradisi ini sudah ada sejak zaman Belanda. Masyarakat juga sangat meyakini bahwa yang meminta atau menyapu koin di sekitar jembatan ini salah satunya adalah jelmaan mahluk halus penghuni Jembatan Sewo.

"Makanya yang lewat sini pada melempar koin. Misal dari Jakarta mau ke Surabaya, mereka pasti lempar koin, untuk memohon diselamatkan dalam perjalanannya, agar tidak ngantuk, dan lain-lain," ungkap Carta.

Hingga kini, tradisi melempar koin di tempat kecelakaan pengikut program transmigrasi oleh para pengendara sudah menjadi tradisi. Bahkan, yang dilempar bukan hanya uang koin saja. Terkadang mereka melempar lebih dari 1 koin, bahkan uang kertas dengan pecahan yang besar. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES