Peristiwa Daerah

Dr Amien Widodo: Tsunami dan Kemarahan Penunggu Laut Selatan

Jumat, 01 Januari 2021 - 16:38 | 130.24k
Peta zonasi ancaman bencana tsunami di Indonesia. (Foto: Dok.BNPB)
Peta zonasi ancaman bencana tsunami di Indonesia. (Foto: Dok.BNPB)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Secara geologis, posisi Indonesia terletak di kawasan tektonik aktif karena ditekan oleh tiga lempeng aktif. Ketiga lempeng tersebut bergerak dan saling bertumbukan sehingga lempeng Samudera Indo-Australia bergerak ke utara dan menghujam ke bawah lempeng Benua Euro-Asia. 

Lempeng Pasifik bergerak ke barat menghujam di bawah lempeng Benua Eurasia. Tumbukan antar lempeng ini dikenal dengan istilah subdukasi dan menghasilkan gempa subduksi dengan kedalaman dangkal sampai dalam. 

Advertisement

Gempa subduksi dangkal sering disebut gempa Megathrust dengan magnitudo besar dan bisa diikuti tsunami. Pada umumnya tsunami bisa terjadi jika gempanya berkekuatan lebih dari 6,5 SR, pusat gempa berada di laut pada kedalaman kurang dari 70 km, dan terjadi deformasi vertikal.  

Akibatnya, kawasan-kawasan yang terletak di dekat zona tumbukan (subduksi) akan berpotensi terkena tsunami. Kawasan tersebut meliputi Pantai Barat Sumatra, Pantai Selatan Jawa, Pantai Selatan Bali dan Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku, Maluku Utara, Pantai Utara dan Timur Sulawesi serta Pantai Utara Papua. 

"Proses tumbukan-tumbukan lempeng ini sudah berlangsung sebelum manusia diturunkan ke bumi, ini berarti gempa dan tsunami sudah terjadi berulang-ulang," terang Geolog ITS, Dr Ir Amien Widodo, Jumat (1/1/2021). 

Sejarah mencatat, sejak awal abad ke-20, Pantai Selatan Jawa telah dilanda oleh 20 kali kejadian tsunami yang dipicu oleh guncangan gempa bumi. Wilayah yang pernah dilanda tsunami tersebut antara lain Pangandaran (1921, 2006), Kebumen (1904), Purworejo (1957), Bantul (1840), Tulungagung (1859), Jember (1921) dan Banyuwangi (1818, 1925, 1994). 

Umumnya masyarakat yang bermukim di kawasan pantai telah mengetahui dan memahami potensi-potensi bencana di daerahnya, dan merekapun sudah membentuk kearifan lokal dalam menyikapi semua bencana. 

"Mereka belajar sambil bekerja (learning by doing). Saat ilmu pengetahuan masih terbatas, bila ada masalah atau peristiwa alam yang luar biasa di luar jangkauan pikiran mereka saat itu maka selalu dikaitkan dengan makhluk halus yang ada di sekitarnya. Istilahnya yang nunggu (mbaurekso) marah," jelasnya. 

Saat terjadi gelombang besar menghancurkan dan membunuh mereka maka mereka mengatakan penunggu laut selatan sedang marah. Bagaimana orang barat menyikapi peristiwa di luar nalar mereka, misalnya sampai sekarang orang masih belum bisa menerangkan bagaimana membangun piramid. Orang barat menyebut ada campur tangan makhluk luar angkasa (UFO). Jadi senada, kita menganggap ada mahluk halus, sementara orang barat menyebut UFO.

Apa yang dikembangkan untuk menyikapi kejadian ombak besar (tsunami) tersebut?

Amien Widodo menegaskan manusia bisa belajar dari masyarakat sekarang, di mana mereka selalu memberi sesaji di tempat kejadian pada hari kejadian dan lokasi kejadian misalnya saat terjadi kecelakaan di pinggir jalan. 

Para leluhur melakukan upacara untuk meredam kemarahan penguasa pantai selatan dan untuk mengenang hari ini di lokasi tempat kejadian. 

"Mereka melakukan upacara sesaji dilakukan bersama-sama yang dikenal dengan labuhan. Jadi, labuhan itu merupakan upaya leluhur untuk mengingatkan anak cucu tentang peristiwa tsunami yang terjadi pada hari dan jam saat labuhan tersebut," ujarnya. 

Sebagai contoh saat upacara Palu Nomoni yang diselenggarakan tanggal 28-30 September 2018, merupakan salah satu contoh bagaimana rakyat Palu melakukan semacam sedekah laut pada waktu yang sama saat tsunami menerjang Palu 28 September 2018 sore.

"Kecerdasan lokal ini bisa dijadikan modal sosial masyarakat pantai selatan dalam menghadapi tsunami di masa depan mereka," tandas Dr Amien Widodo.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES