Peristiwa Daerah

PHE WMO Sulap Lahan Kering di Bangkalan Jadi Penghasil Tanaman Hortikultura

Senin, 11 Januari 2021 - 17:13 | 41.51k
Panen tomat di lahan kering Desa Bandang Dajah, Kecamatan Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan yang disulap PHE WMO menjadi lahan penghasil tanaman hortikultura. (FOTO: Doni Heriyanto/TIMES Indonesia)
Panen tomat di lahan kering Desa Bandang Dajah, Kecamatan Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan yang disulap PHE WMO menjadi lahan penghasil tanaman hortikultura. (FOTO: Doni Heriyanto/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANGKALANPertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) menyulap lahan kering di Desa Bandang Dajah, Kecamatan Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan, Madura menjadi lahan subur penghasil beragam tanaman hortikultura.

Melalui inovasi di bidang pertanian, PHE WMO membuktikan bukan semata sebagai penghasil energi minyak dan gas untuk negeri. Namun juga sebagai penghasil energi pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Advertisement

Ketua Kelompok Tani Sangga Buana Desa Bandang Dajah Jazi mengungkapkan, sebelum ada bantuan dari PHE WMO tidak ada yang menanam tanaman hortikultura. Panen raya perdana budidaya tanaman kebun itu sudah bisa dinikmati di awal tahun 2021.

"Dulu hanya tanaman jagung dan kacang ijo. Itu pun setahun sekali, menunggu masa hujan turun," ungkap Jazi, Senin (11/1/2021).

Menurutnya, lahan kering di Desa Bandang Dajah dipoles menjadi penghasil Bunga Koll varietas Liberti, Semangka varietas Esteem, Jagung varietas Madura, Pakcoy varietas Nauly, Bawang Merah varietas Sumenep, Cabe varietas Imola, hingga Tomat varietas Servo.

"Program Eco Edufarming telah memberikan wawasan dan harapan baru bagi masyarakat sebagai potensi pendongkrak perekonomian dari sektor pertanian. Apalagi, luas lahan tidur dan tadah hujan di sini mencapai 80 persen," terang Jazi.

Kelompok Tani Sangga Buana bentukan PHE WMO, lanjutnya, masih beranggotakan 15 orang. Sejauh ini, hasil panen beragam tanaman hortikultura itu dijual ke pasar-pasar kecil di Kabupaten Bangkalan.

"Alhamdulillah, saya sendiri mendapatkan ilmu. Ini  bermanfaat bagi masyarakat Bandang Dajah. Para pemuda yang menganggur bisa bergabung," tuturnya.

Panen perdana di lahan demplot seluas sekitar 5.000 meter persegi itu mendapat perhatian dari Ketua Kelompok Bisnis Hortikultura Indonesia, Mohammad Maulid.

"Ini bagus, mudah, dan menjanjikan. Semacam trigger bagi masyarakat agar semangat bercocok tanaman holtikultura," ungkap Maulid yang sengaja datang langsung dari Malang.

Dia menyarankan para petani hortikultura lebih fokus pada satu tanaman saja. Semisal concern pada tanaman tomat. Ketika nantinya berkembang, Desa Bandang Dajah bisa menjadi kawasan atau sentra penghasil tomat.

"Satu desa bisa jadi sentra tomat atau tanaman lainnya. Kami akan membantu dari segi market, sarana produksi seperti kebutuhan pupuk maupun bibit supaya petani fokus bertani," ungkap Maulid.

Program ini dilaksanakan oleh PHE WMO bekerjasama dengan pendamping program pertanian berawal dari potensi alam berupa ketersediaan lahan. Kesuburan tanah tidak dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat yang enggan bertani.

Hal itu disebabkan minimnya pengetahuan tentang pola pertanian, pemahaman tentang besarnya modal pertanian dan pangsa pasar yang tidak menjanjikan sehingga masyarakat melihat sektor pertanian di Desa Bandang Dajah tidak bernilai ekonomis.

Nurudin pendamping program pertanian ini mengungkapkan, target awal adalah memanfaatkan lahan tidur dengan melakukan intensifikasi pertanian biaya murah. Tingginya biaya pertanian dikarenakan umumnya menggunakan pola pertanian dengan obat-obatan.

"Keuntungannya kecil. Mereka memilih merantau atau sebagai kuli bangunan. Pulang bangun rumah, lahan di sini ditanami rumput untuk pakan ternak. Kami pangkas sebagian besar biaya hingga 90,99 persen, tanpa obat obatan. Sehingga cost-nya turun banyak," paparnya.

Karena itulah, dari hasil assesment PHE WMO, eksplorasi terkait pertanian dilakukan guna menemukan formula yang tepat. Termasuk menyediakan sumber air melalui pengeboran dan memberikan pelatihan cara pembuatan pupuk olahan dari kotoran hewan ataupun dari limbah arang sekam.

"Bagaimana pertanian bisa menghidupi masyarakat di sini. Kami kenalkan teknologi tepat guna, murah, dan bisa mudah dicontoh masyarakat. Kendala air dan pupuk bisa diatasi. Bahkan selain jagung, semua tanaman bisa tumbuh subur di lahan yang dinilai minim air," kata Nurudin.

Sementara itu, Field Manager PHE WMO Sapto Agus Sudarmanto mengungkapkan, program pertanian di Desa Bandang Dajah diharapkan dapat memunculkan kemandirian dan potensi peningkatan ekonomi melalui pertanian organik dan hemat biaya.

“Kami tidak hanya menyulap lahan kering di Desa Bandang Dajah, Kabupaten Bangkalan menjadi penghasil tanaman hortikultura. Sebelumnya, PHE WMO juga telah menyediakan fasilitas air bersih dan pembentukan HPAM Sumber Barokah," tandasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES