Jangjawokan, Sastra Lisan Masyarakat Sunda dalam Kehidupan Sehari-hari

TIMESINDONESIA, TASIKMALAYA – Puluhan orang dari pesantren dan Komunitas Cermin Tasikmalaya menghadiri acara diskusi yang dikemas dalam Ngobrol di Dokar (Ngodok) yang mengangkat topik "Bongkar Pasang Jangjawokan".
Acara ini berlangsung di Gedung PC NU Kota Tasikmalaya, Jl. Dr. Soekardjo No.47. Dalam diskusi tersebut, para narasumber mengupas tuntas bagaimana peran Jangjawokan dalam aspek kehidupan masyarakat Sunda.
Advertisement
Nunu Nazarudin Azhar, salah satu pembicara Ngobrol di Dokar, menjelaskan bahwa Jangjawokan dapat diartikan sebagai mantra, doa, atau sastra lisan dari ensiklopedia Bahasa Sunda. Kita sering menemukannya dalam perilaku sehari-hari masyarakat Sunda.
“Selain ada di segala aspek kehidupan, Jangjawokan mengandung aspek spiritual juga," paparnya.
Masyarakat menganggap bahwa Jangjawokan adalah ilmu hitam. Hal ini ditanggapi oleh narasumber lain, KH. Dr. Acep Zoni Mubarok.
"Jangjawokan bagian dari sastra lisan yang dapat diamalkan selama tidak ada kesirikan dan memiliki tujuan dalam kebaikan. Jadi jangjawokan dikatakan ilmu hitam atau putih tergantung dari niat masing-masing orang yang menggunakannya," paparnya.
Jangjawokan tidak hanya ada di Suku Sunda tapi seluruh Indonesia dengan bahasa yang berbeda. Dalam peradaban Islam, Jangjawokan digunakan dalam ruqyah dan setiap doa dalam Bahasa Arab. Ada hadis sahih yang menerangkan bahwa dahulu sempat ada ruqyah pada masa jahiliah.
Nahdlatul Ulama (NU) sebagai salah satu organisasi keagamaan juga menyediakan ruqyah dengan menggunakan air sebagai media kesembuhan.
"Jangjawokan dalam penggunaannya di kehidupan sehari-hari berhubungan dengan etika seperti ketika jangjawokan diucapkan sambil mengambil beras maka berasnya akan awet dan berkah. Selain itu dipakai sebelum tidur, memancing atau bahkan menguleg sambal," jelasnya.
Setiap orang bisa mengamalkan Jangjawokan asal ada keyakinan dan itu bisa jadi diijabah saat waktu yang mustajab. Ada media yang berbeda, baik dari doa dan jangjawokan harus ada keyakinan. Ada beberapa faktor juga yang membuat Jangjawokan berhasil. Jangjawokan dengan sugesti akan memberikan hasil.
"Sebelum mempengaruhi orang lain kita harus yakin terlebih dahulu terhadap diri sendiri jadi kepercayaan diri meningkat," tandas Nunu.
Acara diskusi dengan topik "Bongkar Pasang Jangjawokan" yang disponsori oleh Lesbumi dan Coklat Kita ini pun turut dimeriahkan oleh penampilan Kasasar Band dan Ngaosart yang menyuguhkan sajak-sajak Sunda diiringi oleh alunan suling, kecrekan, dram, piano, dan biola. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sholihin Nur |