Peristiwa Daerah

Musim Hujan, Warga Lereng Gunung Raung Banyuwangi Ramai Berburu Jamur Trucuk

Selasa, 19 Januari 2021 - 15:30 | 426.28k
Musim penghujan, jamur trucuk liar tumbuh subur di wilayah hutan pinus Desa Jambewangi, Banyuwangi. (FOTO: Agung Sedana/ TIMES Indonesia)
Musim penghujan, jamur trucuk liar tumbuh subur di wilayah hutan pinus Desa Jambewangi, Banyuwangi. (FOTO: Agung Sedana/ TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Layaknya menggali harta karun alam, warga Kabupaten Banyuwangi ramai-ramai berburu jamur trucuk liar di bawah hutan pinus lereng Gunung Raung saat musim penghujan. Tepatnya di wilayah hutan pangkuan Perhutani KPH Banyuwangi Barat di Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu.

Di hutan Jambewangi, jamur liar yang dikenal dengan sebutan jamur trucuk ini tumbuh subur dibawah pohon pinus maupun pohon-pohon lainnya.

Advertisement

Apabila beruntung, dalam sekali berburu bisa mendapatkan sekitar 20 kilogram jamur. Namun, untuk menemukan lokasi tumbuhnya jamur ini terbilang susah-susah gampang. Hanya dapat ditemukan pada tempat dengan tingkat kelembaban tertentu dan intensitas tersinari matahari yang minim.

jamur-trucuk-2.jpg

Salah satu pemuda desa setempat, Didik Suryadi (25), mengaku sering melakukan perburuan jamur liar tersebut saat dirinya tengah mencari rumput untuk pakan ternak miliknya. Dalam satu kali berburu, Didik mengaku bisa mendapatkan sebanyak 15 kilogram jamur trucuk.

"Nggak mesti, kadang cuman dapat sedikit. Tapi kalau pas banyak ya sampai 15 kilo. Karena memang banyak di buru saat musim hujan begini," kata Didik, Selasa (19/1/2021).

Karena tumbuh musiman, wajar jika jamur trucuk ini laku mahal jika dijual dipasaran. Di pasar setempat, jamur trucuk ini dibanderol seharga Rp 45 ribu hingga Rp.75 ribu perkilonya. Meski dihargai mahal, namun Didik mengaku enggan untuk menjualnya.

Ini karena, rasa jamur trucuk yang gurih dan dipercaya kaya akan manfaat menjadikan jamur liar satu ini cukup disayangkan jika dijual.

"Nggak dijual, dimakan sendiri. Mencarinya susah karena hanya ada di musim hujan bulan Januari saja. Selain itu jamur ini gurih meski tanpa garam. Protein dan zat besinya juga tinggi, bagus untuk dikonsumsi," kata Didik.

Untuk resiko keracunan, Didik mengaku tidak khawatir. Sejak dia kecil, orang tuanya sudah sering memberikan jamur ini sebagai lauk makanan. Terlebih, jamur trucuk ini menurut Didik merupakan tanaman liar yang dirasa aman untuk dikonsumsi.

"Semua orang disini biasa mengkonsumsi itu dan tidak ada yang keracunan. Karena jamur trucuk ini memang aman untuk dikonsumsi," katanya.

Selain rasanya yang gurih dan nikmat, di desa setempat tersiar mitos tersendiri bagi orang yang bisa menemukan dan memakan jamur trucuk tersebut. 

"Mitosnya sih, barang siapa yang bisa menemukan jamur trucuk yang tumbuh sendirian, maka dipercaya akan mendapatkan rejeki dan lancar jodoh di awal tahun," sambung Joko Pitono, warga desa setempat dari hutan lereng Gunung Raung Desa Jambewangi, Kabupaten Banyuwangi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES