Penambangan di Leuweung Keusik Gunung Galunggung, Daerah Serapan Air Berkurang

TIMESINDONESIA, TASIKMALAYA – Daerah serapan air di Leuweung Keusik Gunung Galunggung Kabupaten Tasikmalaya berkurang. Hal merupakan hasil kajian beberapa rekan aktivis lingkungan yang tergabung dalam Relawan Konservasi Republik Aer Tasikmalaya.
Juru bicara Republik Aer Aris Rizki Mubaraq menyampaikan data sekitar 8 hektare area lahan serapan air di kawasan ini akan berkurang akibat aktivitas penambangan yang dilakukan sebuah perusahaan swasta.
Advertisement
"Artinya, lahan kritis di Tasikmalaya bertambah dan berkembang," jelasnya kepada TIMES Indonesia, Jumat (29/1/21) malam.
Menurut Aris, kalau hal ini tidak segera disikapi akan menyebabkan berbagai permasalahan, di antaranya lahan kritis yang semakin meluas.
Data tahun 2018 saja luas lahan kritis 51.079,97 Ha dipastikan akan berdampak terhadap munculnya bencana kekeringan, longsor serta punahnya beberapa spesies, seperti Burung Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) serta tumbuhan Kantong semar (Nepenthes) yang masih ada di kawasan Galunggung.
Hal ini disebabkan degradasi lahan yang kurang bijak dan tidak berpihak pada keseimbangan lingkungan alam.
"Data kajian ini diperoleh dengan menganalisa dan mengkaji dari data dokumen kajian risiko bencana Kabupaten Tasikmalaya 2019-2023 bahwa daerah tersebut masuk ke dalam zona gunungapi berbahaya dan zona bahaya longsor," ungkapnya.
Adanya gerakan kepedulian, lanjut Aris, merupakan gerakan bersama beberapa elemen masyarakat dan komunitas organisasi peduli lingkungan yang menjadi media untuk mencurahkan segala pikiran dengan potensi yang dimiliki masing masing.
Komunitas yang berbasis masyarakat memberikan edukasi kepada masyarakat Leuweung Keusik kawasan Galunggung, kelompok budaya dan seniman dengan karya, kelompok akademisi serta praktisi lingkungan mengkaji teknis akan dampak yang akan terjadi.
Pada Minggu (31/1/2021) akan dilaksanakan bersama acara menyamakan persepsi dengan menggelar diskusi online mulai pukul 20.00 WIB menghadirkan Desrico (Aktivis Kebijakan Lingkungan), JP Tallan Jopie (Mahasiswa Doktoral Technische Universitat Berlin Jerman), Eman Sulaeman (Perhimpunan Hanjuang), AA Ebiet Mulyana (Komunitas Patanjala) dengan moderator Sri Murtopo.
"Dengan gerakan ini kita berharap mendapatkan respons dari masyarakat, juga khususnya dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat," pungkas Juru bicara Republik Aer Tasikmalaya menyikapi risiko dari penambangan di Leuweung Keusik Gunung Galunggung Kabupaten Tasikmalaya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |