Tarawangsa, Seni Buhun Sunda Terancam Punah

TIMESINDONESIA, TASIKMALAYA – Seni Tarawangsa merupakan Seni Buhun Sunda yang saat ini sudah mulai langka kita lihat pertunjukannya. Bahkan, di Jawa Barat sekali pun hanya di beberapa kota yang masih tetap bertahan, seperti di Kecamatan Cibalong dan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya, Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung, serta Kecamatan Rancakalong Sumedang.
Alat musik Tarawangsa bentuknya seperti rebab. Diperkirakan usia alat musik ini sangat tua sekali karena sudah disebut dalam naskah Sewaka Darma atau Kawih Panyaraman (sebelum abad ke-15). Isinya yaitu teks puisi Sunda kuno yang berisi dialog antara pendeta dan seorang murid pengabdi hukum (sang sewaka darma) untuk mencapai pembebasan (kaleupasan) dari penderitaan hidup, serta mematuhi tuntutan hukum dan aturan.
Advertisement
Alat musik ini biasanya terbuat dari kayu yang pohonnya berada di sekitar Jawa Barat, seperti kayu pohon kenanga, jengkol, dadap, atau kayu pohon kemiri. Tarawangsa memiliki dua dawai dari kawat baja atau besi, dimainkan dengan cara digesek.
Edi Martoyo seorang penggiat Seni Budaya asal Kota Tasikmalaya sewaktu ditemui Minggu (31/01/2021) TIMES Indonesia di sebuah sanggar seni mengungkapkan, di Kecamatan Cibalong Kabupaten Tasikmalaya tepatnya di Kampung Cigelap memang tersimpan nilai-nilai luhur seni budaya yang hampir punah yaitu Tarawangsa.
“Memang belum ada wadah seperti nama sebuah sanggar seni lainnya, namun ini hanya satu kelompok masyarakat yang masih mempertahankan nilai seni budaya, walaupun usianya sudah cukup pada tua,” paparnya.
Edi pun menambahkan bahwa kesenian ini harus dipertahankan. Pasalnya, di balik kesenian buhun tradisional sunda banyak mengandung pesan ensensi yang sangat filosofis. Kesenian ini awalnya di bunyikan dibunyikan selain untuk menghibur petani juga sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah.
“Yang memainkan tarawangsa mempunyai filosofi menurunkan (ngalungsurkeun) Dewi Sri dan para leluhur kabuyutan sunda sebagai simbol penghormatan bagi dewi padi,” jelasnya.
Ketua Dewan Pengurus Pusat Gerakan Pecinta Parawisata Indonesia (GENPPARI) Dede Farhan Aulawi sewaktu dikonfirmasi pada Minggu (31/01/2021) mengungkapkan perihal Seni Tarawangsa ini.
"Kita wajib menjaga kelestarian seni dan budaya, termasuk seni Tarawangsa ini dan selalu mengingatkan seni budaya sebagai identitas jati diri kita. Kami fokus di ranah seni budaya sehingga diharapkan akan berdampak pada parawisata dan meningkatkan eksistensi UMKM," pungkasnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |