Peristiwa Daerah

Peneliti UGM Sebut Masa Pandemi Covid-19 Ujian Berat Bagi Pelaku Usaha Pariwisata

Rabu, 10 Februari 2021 - 21:38 | 43.34k
Sebuah hotel berbintang di Yogyakarta berusaha bertahan di tengah pandemi Covid-19. (FOTO: Dok. TIMES Indonesia)
Sebuah hotel berbintang di Yogyakarta berusaha bertahan di tengah pandemi Covid-19. (FOTO: Dok. TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Peneliti Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM Prof Baequni prihatin atas kondisi yang dialami hotel dan penginapan di tengah pandemi Covid-19. Keprihatinan itu menyusul ada banyak pemilik hotel dan penginapan atau pelaku usaha pariwisata yang memutuskan menjual asetnya karena tak kuat menahan terpaan di tengah pandemi ini.

“Itu karena kunjungan wisatawan sangat minim. Hotel mengalami kemerosotan jumlah pengunjung, ini ujian berat bagi penyedia akomodasi dan transportasi. Saya kira pihak hotel tentu perhitungan bisnis yang sudah dikalkulasi, apa perlu dijual, bertahan atau membuat diversifikasi kegiatan usaha yang lain,” kata Baequni, Rabu (10/2/2021). 

Advertisement

Tak hanya hotel dan penginapan, Baequni menyebutkan penyedia jasa transportasi dan usaha tour dan travel juga mengalami nasib yang sama.

“Sekarang ini memang hotel banyak yang kosong, bahkan mobil travel banyak yang parkir dari bus besar hingga mobil rental tidak bisa bergerak karena tidak ada pesanan yang memungkinakan mereka hadir dan melayani,” papar Baequni.

Hal ini merupakan konsekuensi dari dampak pandemi Covid-19 yang melanda diseluruh negara di dunia. Apalagi, pemerintah telah membatasi pergerakan orang untuk bepergian bahkan ada kebijakan karantina di sejumlah destinasi.

“Ini konsekuensi dari pandemi yang cepat sekali menular. Semua menahan diri baik wisatawan domestik dan asing karena perjalanan jauh mengundang resiko dari penyakit yang belum diatasi secara seksama,” ungkap Baequni.

Namun demikian, masih ada secercah harapan. Sebab, pemerintah akan mengeluarkan kebijakan kelonggaran bagi yang sudah divaksin untuk melakukan bepergian antar negara dan daerah namun menurut pandangannya belum bisa menjamin bisa memulihkan keadaan sektor pariwisata.

“Dengan keadaan ekonomi sekarang ini menyebabkan menurunnya pendapatan calon wisatawan sehingga menahan mereka untuk tidak bepergian karena alasan keuangan yang semakin terbatas dan harus survive,” jelas Baequni.

Bahkan calon wisatawan yang memiliki dana untuk bepergian dengan kondisi pandemi sekarang ini akan memilih menahan diri karena di lokasi yang dikunjungi belum mampu mengendalikan kasus covid-19. Meskipun pemerintah telah menelurkan kebijakan program protokol kesehatan di lokasi destinasi wisata.

“Minat wisatawan bepergian belum tumbuh karena masih adanya kekhawatiran,” terang Baequni.

Menurut pandangannya strategi dalam pemulihan pariwisata sekarang ini perlu dilakukan konsolidasi dari berbagai perusahaan atau pelaku usaha pariwisata dengan berkoordinasi dengan pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan baru dan inovatif dimana kegiatan ekonomi dan kesehatan bisa berjalan seiring.

“Perlu kolaborasi antar pihak. Sesuai tugas pemerintah melakukan promosi wisata ke luar namun pasar wisata dunia belum tumbuh,” terang Peneliti Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM Prof Baequni. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES