Peristiwa Daerah

Tradisi Babari Sebagai Wadah Pemersatu Warga BBK Pulau Morotai

Kamis, 11 Februari 2021 - 11:07 | 244.17k
Warga Desa BBK Morotai Jaya, Pulau Morotai bergotong royong (Babari) mengelola buah kelapa menjadi kopra untuk sebuah hajat keluarga. (Foto: Desdarius For TIMES Indonesia).
Warga Desa BBK Morotai Jaya, Pulau Morotai bergotong royong (Babari) mengelola buah kelapa menjadi kopra untuk sebuah hajat keluarga. (Foto: Desdarius For TIMES Indonesia).
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MOROTAI – Tradisi 'Babari' atau kerja sama yang dilakukan suku Galela di Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara dalam sebuah hajat masih dilestarikan beberapa desa di pulau terluar ini.

Babari adalah salah satu budaya gotong royong atau tradisi kerja sama yang masih melekat dan sudah sejak lama dimiliki suku Galela di Utara Halmahera atau warga masyarakat yang mendiami Desa Bere - Bere Kecil (BBK), Kecamatan Morotai Jaya, Kabupaten Pulau Morotai.

Advertisement

Tradisi Babari ini kerap dilaksanakan pada saat memasuki musim panen buah kelapa hingga mengolahnya menjadi kopra. Juga saat memasuki musim tanam dan musim panen padi hingga diolah menjadi beras. Bukan hanya itu, bahkan dapat dilakukan jauh melebihi itu.

Babari ini biasa dilakukan oleh antar saudara, tetangga, teman maupun kerabat. Menariknya, tidak mengenal perempuan maupun laki - laki, tua maupun muda. Warga melakukan hal tersebut secara sukarela atas kesadaran sosial yang telah membudaya sejak moyang mereka.

Warga Desa BBK Morotai Jaya a

Selain itu, tradisi Babari ini menunjukkan adanya nilai kebersamaan, kekompakan, kasih sayang dan persatuan yang kuat hidup dalam khazanah masyarakat Desa BBK atau suku Galela umumnya selama ini.

"Tradisi Babari ini bukan semata mata sekedar aktivitas melakukan gotong royong, tetapi tradisi ini juga mencerminkan nilai nilai budaya masyarakat suku Galela umumnya dan masyarakat Bere-Bere Kecil (BBK) khususnya yang dikemas dalam semangat 'Porimoi Ngone Poturu' atau selalu bersama kita kuat," ungkap Pemuda BBK, Desdarius D Kasene, Kamis (11/2/2021).

Bahkan kata Desdarius, budaya Babari di Desa BBK dilaksanakan dalam banyak hal. Selain disebutkan itu, Babari juga dilaksanakan pada saat ada keluarga yang buat kebun, membangun rumah, anak masuk kuliah, anak wisudah dan sampai pada anak atau saudara yang menikah.

Dia mengatakan, saat itulah keluarga kita kumpul berembuk dan bersama sama mencari jalan keluar sehingga suatu hajat itu dapat berjalan baik, lancar dan sukses, sehingga segala kebutuhan menjadi mudah. Disanalah suatu kebanggaan atas kebersamaan keluarga karena saling menyayangi, membantu dan saling menghormati.

Warga Desa BBK Morotai Jayab

"Dampak positifnya di situ kita anak - anak muda belajar dari para orang tua tua kita bagaimana membangun suatu kebersamaan keluarga yang harmonis dan damai serta kerukunan keluarga semakin kuat, kokoh dan kompak dalam membantu satu sama lain di Desa BBK, dan terlebih penting para orang tua kita mengingatkan tradisi 'Babari' jangan sampai mati tetapi terus dilestarikan," ujarnya.

Ia menambahkan, Babari atau kerja sama yang dilakukan saat ini adalah panen buah kelapa untuk diolah menjadi kopra kemudian dijual. Di sini kata Darius, pemilik hajat menyampaikan kepada keluarga, tetangga, dan kerabat baik laki laki maupun perempuan, tua maupun muda. Kemudian kumpul berembuk dan menentukan waktu pekerjaan.

"Mengawali pekerjaan pertama bersama sama membersihkan rumput di bawah pohon kelapa. Setelah itu, memanjat dan memetik buah kelapa, belah serta ambil daging kelapa lalu dimasak menjadi kopra. Dalam pekerjaan ini, kami berbagi tugas, laki laki mulai dari membersihkan pohon kelapa hingga mengolah menjadi kopra, sedangkan perempuan memungut buah kelapa dan menyediakan makanan. Babari membuat semua beban jadi ringan," cerita pemuda enerjik asal Desa BBK, Desdarius D Kasene. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES