Peristiwa Daerah

Kya-kya Kembang Jepun Surabaya, Kawasan Pecinan yang Pernah Jadi Pusat Perdagangan

Jumat, 12 Februari 2021 - 18:57 | 327.73k
Suasana Kya-kya Kembang Jepun Surabaya. (FOTO: Khusnul Hasana/TIMES Indonesia)
Suasana Kya-kya Kembang Jepun Surabaya. (FOTO: Khusnul Hasana/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Surabaya punya kawasan pecinan yang pernah ramai di awal tahun 2000-an. Kawasan tersebut adalah Kya-kya Kembang Jepun Surabaya. Kya-kya sendiri artinya jalan-jalan.

Berdasarkan skripsi "Sejarah Kya-kya Kembang Jepun Surabaya (2003-2008)" yang ditulis mahasiswa Universitas Negeri Malang Lukluk Zakiyatul Miskiyah, Surabaya merupakan salah satu pintu gerbang perdagangan utama di wilayah Indonesia Timur.

Advertisement

Kondisi tersebut menyebabkan Kota Surabaya menjadi salah satu pusat perekonomian di Indonesia.

Kya-kya-Kembang-Jepun-Surabaya-2.jpg

Pada awal abad ke-20, Surabaya merupakan pusat perdagangan di Indonesia. Salah satu perdagangan besar di Surabaya pada masa Jepang terletak di Jalan Kembang Jepun.

Namun, pada pertengahan abad ke-20, perdagangan di Kembang Jepun ini mulai menurun dengan adanya pergeseran pusat perdagangan di segitiga emas yang terletak di Jalan Basuki Rahmat, Jalan Pemuda, dan Jalan Panglima Sudirman.

Pada tahun 2000, Surabaya membangun fasilitas perdagangan yang dilakukan oleh pemerintah kota maupun swasta. Salah satunya adalah menghidupkan kembali kawasan Pecinan di Kembang Jepun dengan menekankan kawasan perdagangan. Namun tidak ada tanggapan dari pedagang kaki lima dan masyarakat Kota Surabaya.

"Pada tahun 2003 akhirnya didirikan pusat perdagangan Kya-Kya di Kembang Jepun oleh pihak swasta dengan pimpinan Dahlan Iskan," ujar Luluk dalam penelitiannya itu.

Kya-kya-Kembang-Jepun-Surabaya-3.jpg

Pendirian Kya-kya ini didorong oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah Kya-kya merupakan usaha swasta dalam menghidupkan kembali budaya Tionghoa yang pada masa orde baru sempat dilarang.

Kya-Kya juga merupakan tempat perdagangan antara budaya Jawa, Madura ,dan Tionghoa. Serta upayapemerintah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kota Surabaya.

Kawasan Kembang Jepun kembali hidup sebagai pusat perdagangan pada tahun 2003 usai pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid mencabut Instruksi Presiden No 14/1967 dan menerbitkan Keputusan Presiden No 6/2000. Setelah itu sebuah Perda disahkan DPRD Surabaya pada 19 September 2003, tentang PKL Surabaya.

"Pada awal pembukaan tahun 2003 pedagang Kya-kya mencapai 87 pedagang dan pada tahun 2004 pedagang meningkat mencapai 105 pedagang tetapi pada tahun-tahun berikutnya selalu mengalami penurunan, yang mencapai puncaknya pada tahun 2007-2008 jumlah pedagang hanya 29 pedagang. Perkembangan Kya-kya juga dapat dilihat dari pendapatan Kya-kya yang selalu rugi," jelasnya.

Meski sempat ramai seperti kawasan pecinan yang khas, kini Kya-kya Kembang Jepun Surabaya hanya sebagai pusat pertokoan dan pergudangan di Surabaya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES