Angin Puting Beliung di Perairan Kenjeran Sempat Gegerkan Warga

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Sore tadi, Rabu (17/2/2021) pusaran angin di tengah perairan Kenjeran Surabaya sempat menggegerkan warga. Terlihat awan nampak menghitam dan pusaran air berputar-putar membawa serta air laut.
Salah satu warga kenjeran yakni M. Irsyad (25) menjelaskan bahwa sekitar pukul 15.00 ia melihat langut sedikit mendung dan gelap serta disertai petir. Kemudian ia melihat pusaran angin datang dari arah timur dengan cukup kencang.
Advertisement
Dari tengah laut kata Irsyad angin berputar-putar membawa air laut. Pusaran angin juga sempat mendekati pemukiman warga Sukolilo baru yang letaknya dipesisir laut.
"Mendekati kampung Sukolilo Baru, terus agak menengah kemudian mendekati Jembatan Suroboyo hingga ujung jembatan disebelah Barat terus menghilang," jelas Irsyad.
Angin tersebut lanjut Irsyas sempat kencang kemudian memudar, kencang lagi dan memudar lagi kemudian menghilang. Meski hampir mendekati rumah warga angin belum sempat menyentuh pemukiman sehingga tak ada kerugian yang diakibatkan.
"Waktunya sekitar 15 menitan terus ilang. Dulu sekitar 5 tahun yang lalu pernah terjadi, kena rumah warga dan ada asbes rumah warga yang rusak," terangnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika) Juanda, Teguh tri susanto, S. mengatakan bahwa, Fenomena tersebut disebut waterspout. Kejadian tersebut disebabkan oleh adanya awan Cumulonimbus.
"Waterspout berupa kolom pusaran air yang tertarik masuk ke dasar awan. Akan tetapi perlu dipahami bahwa tidak semua awan Cumulonimbus menimbulkan waterspout. Kejadiannya bersifat lokal dan waktunya relatif singkat," ujar Teguh saat dihubungi via telpon.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa waterspout adalah kejadian mirip puting beliung akan tetapi terjadi diperairan. Kejadian ini hanya berlangsung sekitar 5 menit saja.
Kejadian mirip angin puting beliung yang terjadi di perairan Kenjeran Surabaya ini akan terjadi jika ada awan Cumulonimbus yang cukup kuat. Serta lebih sering terjadi di masa pancaroba. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sholihin Nur |