Peristiwa Daerah

Setahun Covid-19, Warga Tuban Gelar Ritual Massal Bubur Merah untuk Tolak Bala

Rabu, 10 Maret 2021 - 20:19 | 73.32k
Suasana ritual tolak balak bubur merah di Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Rabu (10/03/2021). (Foto: Ahmad Istihar/TIMES Indonesia)
Suasana ritual tolak balak bubur merah di Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Rabu (10/03/2021). (Foto: Ahmad Istihar/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, TUBAN – Setahun sudah bencana nasional Covid-19 melanda Indonesia dan dunia. Rasa kejenuhan terhadap pandemi Covid-19 ini ditumpahkan warga Desa Plumpang, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban, Jawa timur dengan melaksanakan ritual tolak bala Covid-19 di sepanjang jalan poros desa, Rabu (10/03/2021). 

Ritual atau tasyakuran oleh warga setempat disebut bancaan. Acara ditandai dengan para ibu rumah tangga berkumpul untuk memulai memasak makanan dan jajanan khas daerah, mulai nasi kuning dimasak bucu tumpengan lengkap berbagai bumbu dan ikan.

Advertisement

Ritual Massal tuban 2

Pada tasyakuran ini pertama kalinya disajikan jajanan bubur merah putih sebagai sajian utama tolak balak. Bubur merah putih dipercaya warga sebagai menolak bala atau mengusir serta menjauhkan mara bahaya. Istilah lain, tolak bala bisa jauh dan tidak menimpa warga kampung tersebut.

Selain tumpeng, juga ada jajanan khas seperti Pleret dan jajan pasar. Camilan punya arti tersendiri. Pleret mengartikan bahwa doa dipanjatkan bisa lancar tanpa halangan. 

Jajanan pleret terbuat dari adonan tepung dicampur perasan dan pewarna makanan. Lalu dicetak dengan ibu jari ditekankan pada alat tatakan kayu sambil di urut.

Sedangkan jajanan ketupan dan lepet juga disajikan pada bancaan tolak bala warga Desa Plumpang, Mengartikan bahwa saling memaafkan dan merukunkan antar warga menjadi awal pengampunan dosa antar sesama.

Selain makanan, juga disajikan buah-buahan ditali menjadi satu, sebagai simbol kekompakan antar warga bisa menjauhkan dari mara bahaya. 

Ritual Massal tuban 3

Kemudian rangkaian suguhan yang telah disiapkan oleh ibu-ibu tersebut, diarak di jalan poros desa oleh warga desa sebagai simbol syukur kepada yang maha kuasa.

Sebelum dibagikan, tokoh agama memimpin doa mulai bacaan Ayat Kursi sebanyak 3 kali, bacaan Istighfar sebanyak 10 kali dan Al Fatihah serta surat pendek lainnya. 

"Alhamdulillah, warga semangat untuk memanjatkan doa tolak bala. Agar pandemi ini bisa segera berakhir, " ujar ketua RW. 8, Desa Plumpang, Munawar. 

Menghilangkan Sengkolo atau tolak bala ini, wujud prihatin warga akan masa Pandemi Corona yang sudah setahun berjalan masih menghantui. Menyebarnya virus ini banyak mengakibatkan kerugian. Baik material maupun lainnya.

"Hubungan sesajian dan ritual agar panjatan doa secara lisan dan filosofi makanan bisa menghantarkan khusuknya doa agar terkabul. Sehingga Pandemi yang selama ini dianggap momok, bisa segera hilang dan musnah," imbuhnya. 

Dalam acara ini juga dilakukan pembagian santunan kepada 50 anak yatim. Keberkahan doa anak yatim, diharapkan bisa membantu terkabulnya harapan warga setempat. Sengaja bancaan dilakukan di bulan Maret, atau dalam tanggal Islam bulan Rajab yang dipercaya warga banyak keberkahan dan kebaikan. 

"Bertepatan dengan bulan rajab, kita laksanakan bancaan ritual tolak bala ini. Semuanya adalah bantuan dan keihlasan warga hingga semua terlaksana dengan baik, sengkuyung, bersama," tutup Munawar. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES