Mengenal Nono Sutanda, Sosok Inspiratif Wakil Jabar di Ajang Kalpataru

TIMESINDONESIA, BANJAR – Mengawali langkahnya sebagai relawan persampahan, Nono Sutanda kini menjadi sosok inspiratif yang dipilih pemerintah mewakili Provinsi Jawa Barat untuk mengikuti ajang penghargaan Kalpataru bersama satu peserta lainnya dari Indramayu.
Pria kelahiran Tasikmalaya 67 tahun silam tersebut sudah bergelut dengan sampah sejak dirinya bergabung dengan relawan persampahan yang bergerak dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah guna meminimalisasi volume sampah yang dibuang ke TPA.
Advertisement
Dimulai dengan menarik sampah dari rumah ke rumah, Nono kemudian diberikan tanggung jawab untuk mengelola TPS Cibodas di lingkungan Jelat, Rt 2 Rw 04 kelurahan Pataruman kota Banjar.
Nono didampingi istrinya tinggal di TPS (Foto: Susi/TIMES Indonesia)
Saat melihat tumpukan sampah itulah, Nono beserta istrinya Eti Rusmiati tergerak untuk memilah sampah yang bisa dimanfaatkan terutama sampah anorganik yang memiliki nilai jual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sementara sampah organik diolahnya menjadi kompos.
Sampai saat ini, Nono yang menganggap sampah ibarat sahabat dekatnya ini mengabdikan diri dengan tinggal di lingkungan TPS Cibodas dan mengelola sampah yang masuk ke tempatnya.
Belajar lewat berbagai cara akhirnya ayah dengan 4 anak ini juga menekuni bagaimana cara pemanfaatan sampah yang berasal dari botol plastik untuk dijadikan ecobrick atau media hidup mikroba dalam Anaerobik Filter (AF).
Botol plastik bekas yang selama ini menjadi limbah kini bisa dimanfaatkan sebagai filter instalasi pengelolaan air limbah (IPAL) yang ekonomis. Botol plastik yang sudah dirangkai menjadi media AF itu bisa menggantikan media penggunaan umum bio ball atau filter sarang tawon.
Hal tersebut dikatakan Nono saat dijumpai TIMES Indonesia di TPS Cibodas Kamis (11/3/2021). "Program sanimas reguler dapat bersinergi dengan program TPS 3R yaitu reduce, reuse dan recycle," terangnya.
Kompos yang dihasilkan dari pengolahan sampah dijual Nono sampai ke Tasikmalaya (Foto: Susi/TIMES Indonesia)
Diuraikan Nono, semua limbah padat maupun cair dari rumah disalurkan melalui pipa jaringan menuju IPAL. "Kemudian dari bak penampung diuraikan melalui bak-bak AF yang terisi oleh media AF tersebut," imbuhnya.
Media AF tersebut berfungsi sebagai rumah bakteri yang nantinya berkembang biak sehingga bakteri yang ada di media AF akan memakan limbah sesuai proses biologis yang mengalir di media AF tersebut dan air efluent dapat dimanfaatkan.
"Sistem IPAL dengan menggunakan media Anaerobic Filter ini sebetulnya sudah menyasar ke perumahan, perkantoran, toilet komunital dan pondok pesantren. Saat ini, Ponpes Al-Huda Kelurahan Bojongkantong Kecamatan Langen yang sudah menerapkan cara ini," ungkapnya.
Pengabdian dan kreativitas Nono dalam memanfaatkan sampah menjadi barang yang berharga tak disangka telah mengantarkan putri ketiganya, Heni Sri Sundani sebagai salah satu tokoh pendidikan Indonesia yang dikenal memiliki pengabdian tinggi kepada masyarakat kecil.
Bukan itu saja, berkat ketekunannya Nono Sutanda bahkan berhasil memberdayakan masyarakat di lingkungannya untuk pembuatan media AF. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Irfan Anshori |
Publisher | : Sholihin Nur |