Peristiwa Daerah

Sempat Minder, Kini Sri Gunarsih Malah Dirikan Yayasan Difabel Magetan

Rabu, 17 Maret 2021 - 20:18 | 89.37k
Suasana Yayasan Wira Daksa Utama Kabupaten Magetan, Rabu (17/3/2021). (FOTO: Khusnul Hasana/TIMES Indonesia)
Suasana Yayasan Wira Daksa Utama Kabupaten Magetan, Rabu (17/3/2021). (FOTO: Khusnul Hasana/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MAGETAN – Terlahir sebagai seorang anak yang tak sama dengan anak pada umumnya, Sri Gunarsih merupakan seorang penyandang disabilitas tuna daksa. Sri seringkali minder dengan kondisi fisiknya sebagai difabel. Namun hal itu justru membuatnya bangkit.

Sri merupakan pendiri Yayasan Wira Daksa Utama Kabupaten Magetan yang menaungi disibilitas tuna daksa.  Di yayasan tersebut ada  berbagai kegiatan tentang pemberdayaan tuna daksa.

Advertisement

"Ketika bapak saya sebelum meninggal bapak saya memberikan motivasi saya seperti ini, 'awakmu iki cacat nek kerjo gak mungkin pakai otot awakmu kudu pinter nek nyambut gae enak dadi wong kantoran' (kamu ini cacat kalau kerja tidak mungkin pakai otot kamu harus pinter biar kalau kerja di kantoran)," ujar Sri pada Rabu (17/3/2021).

Yayasan-Wira-Daksa-Utama-Kabupaten-Magetan-2.jpg

Dari pesan tersebut, Sri bertekad dan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menjadi orang pintar. Lulus dari SMA  April 2000 ia memutuskan untuk ke Panti UPT RSBD (Rehabilitasi Sosial Bina Daksa) milik Dinas Sosial Jatim, di mana ia mengambil keterampilan bordir.

Keluar dari panti Desember 2000, ia pun melanjutkan kursus menjahit ke RC (Rehabilition Center) Solo selama 8 bulan. Ia bahkan diminta untuk memberi pelatihan menjahit di tempat tersebut.

Seiiring berjalannya waktu Sri diminta untuk mengajar ekstrakurikuler menjahit di sebuah Madrasah Aliyah di Magetan. Di tempat tersebut, ia pun pernah dihina dan merasa sakit hati dengan murid-muridnya itu.

"Waktu itu saya jalan kaki, saya jalan itu saya diitungi sama siswa saya, satu dua gitu terus akhirnya saya sempat menangis di kantor saya diginikan sama teman-teman njenengan kurang tegas ngajarnya, karena njenengan punya kekurangan jadi harus tegas, sejak saat itu saya tegas ngajarnya," ungkap Sri.

Karena di sekolah tersebut kekurangan guru Bahasa Indonesia, ia pun diminta untuk mengajar bahasa Indonesia. Sri kemudian diberi pinjaman oleh Sekolah untuk melanjutkan kuliah di IKIP (Institute Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Madiun.

Pada 2013, ia pun mengikuti program sertifikasi guru di Univeristas Negeri Malang (UM). Ia pun berhasil mengalahkan ratusan peserta yang ada.

Yayasan-Wira-Daksa-Utama-Kabupaten-Magetan-3.jpg

"Alhamdulillah saya inget pesan bapak saya kamu harus pinter, sampai yang dosen UM itu sampai meneteskan air mata ketika praktik mengajar, sampai bilang gini saya bangga dengan njenengan karena njenengan sangat luar biasa," tutur Sri.

Ia kemudian bergabung di NPC (National Paralympic Commitee) Kabupaten Magetan, sebuah organisasi yang menaungi kegiatan olahraga penyandang disabilitas. Namun Sri berpikir, mengapa yang diurus hanya olahraga saja, padahal selama ini penyandang disibilitas banyak yang pengangguran.  

Berangkat dari keresahannya itu, ia kemudian mendirikan Yayasan Wira Daksa Utama dirikan pada 2018. Tujuan utama Sri mendirikan yayasan tersebut adalah agar seluruh penyandang disabilitas tuna daksa di Magetan bisa ternaungi dan memiliki keterampilan, sehingga tak dipandang sebelah mata.

"Saya membuat akte notaris buka rekening saya 10 juta. Saya pakai uang pribadi saya. Niatnya pokoknya yang penting teman-teman bisa berkarya, yang saya inginkan teman-teman dikenal masyarakat, karena masyarakat mengenal kami-kami sebagai orang yang membebani, saya ajak temen-temen kita tunjukkan kepada mereka kalau kita juga bisa," jelas Sri.

Kini yayasan tersebut memiliki 150 anggota.  Seluruh anggota bergerak bersama-sama untuk meningkatkan keterampilan, memulai usaha dan memasarkan hasil keterampilan tersebut.

Yayasan tersebut saat ini juga memikiki anggota yang telah memulai usaha mulai dari menjahit, budidaya cacing, mabel, kerajinan sepatu, makanan minuman, kopi, kerajinan tas, sampai dengan handicraft.

"Akhirnya nama kami lambat laun dikenal, saya sering membuat status di Facebook akhirnya dari dinas perpustakaan menghubungi saya untuk bergabung. Terus di hari peringatan disabilitas 2020, bu kepala Dinas Sosial datang dan kegiatan dibiayai Dinas Sosial Magetan, bu Kepala Dinas ngasih kami 200 paket sembako," kata Sri.

Menurutnya melalui yayasan tersebut, akan banyak tuna daksa di Magetan yang terbantu. Sri mengatakan bahwa  ia tak bisa bergerak sendiri tanpa bantuan dari teman-teman senasib.

"Saya berfitkirnya temen-temen bisa mandiri setidaknya dikenal masyarakat, mereka bisa menyentuh dan membantu permasalahan kami, kalau saya sendiri kan nggak mampu," tandasnya

Saat ini, yayasannya itu juga telah dibantu oleh LMI (Lembaga Managemen Infaq) untuk membantu kegiatan religi dan memasarkan produk. Ia berharap agar yayasan yang menaungi difabel tuna daksa itu semakin berkembang dan memiliki tempat sendiri untuk meningkatkan keterampilan anggotanya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES