15 Kelurahan di Banjar Berisiko Terdampak Jebolnya Bendungan Leuwi Keris

TIMESINDONESIA, BANJAR – Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy mengadakan pertemuan bersama Pemerintah Kota Banjar dan Forkopimda di ruang rapat Gunung Sangkur Setda Kota Banjar, Kamis (18/03/2021). Pertemuan tersebut merupakan konsultasi rencana tindak darurat terhadap risiko jebolnya bendungan Leuwi Keris yang berada di perbatasan antara Desa Cimaragas, Desa Ciharalang, Desa Ancol pada aliran sungai Citanduy.
Mengingat ada sekitar 15 desa dan kelurahan di Kota Banjar yang berisiko terdampak atas kemungkinan jebolnya bendungan Leuwi Keris, BBWS melalui Subagjo, konsultan PT. Satyakarsa Mudatama memaparkan bagaimana antisipasi dan simulasi rencana tindak darurat.
Advertisement
Kepala BBWS, Bambang Hidayah, M.E dalam sambutannya menargetkan bendungan Leuwi Keris selesai tahun 2023 dan menyebutkan bahwa pembangunan bendungan ini merupakan proyek strategi nasional.
"Bendungan ini merupakan bendungan serbaguna yang bermanfaat menyuplai pasokan untuk mengairi irigasi," terangnya.
Dikatakan Bambang, Kondisi pendangkalan di Citanduy karena beberapa perubahan fungsi lahan di daerah aliran sungai sehingga mengakibatkan daerah serapan air berkurang.
"Dengan keberadaan bendungan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat, maka dampak jebolnya bendungan Leuwi Keris dapat diantisipasi melalui rencana tindak darurat ini," imbuhnya.
Suasana konsultasi RTD di ruang rapat Gunung Sangkur (Foto:Susi/TIMES Indonesia)
Keadaan darurat dipaparkan pihak konsultan dengan konsepsi penanganan kondisi darurat yang dijabarkan dalam strategi terhadap kondisi terburuk lewat identifikasi ancaman, penetapan kondisi darurat bendungan serta tindak penanganan dengan pengamanan bendungan maupun penyelamatan masyarakat.
"Selain strategi, persiapan kondisi terburuk di jabarkan dengan penetapan daerah potensi genangan banjir, penyiapan sistem ngawar banjir dan bahan banjiran, pembentukan organisasi penanggulangan bencana serta pelatihan dan sosialisasi," paparnya.
Menanggapi rencana tindak darurat atas jebolnya bendungan Leuwi Keris, Wali Kota Banjar, Hj Ade Uu Sukaesih mengatakan bahwa pihaknya harus mempersiapkan anggaran penanganan bencana.
"Mengingat Kota Banjar merupakan daerah terdampak yang lebih banyak daripada Kabupaten Ciamis, kami harus menyiapkan anggaran dan SDM lewat program pencegahan antisipasi yang dapat menangani dampak dari kemungkinan jebolnya Leuwi Keris," katanya.
Hal senada dikatakan Wakil Wali Kota Banjar, H Nana Suryana yang meminta gambaran secara gamblang dampak seperti apa yang akan menimpa daerah terdampak di kota Banjar.
"Kami meminta kejelasan seperti apa dampaknya karena dengan keberadaan bendungan Leuwi Keris tersebut daripada dampak positifnya, lebih besar dampak negatifnya bagi Kota Banjar. Risiko bahaya jebolnya bendungan lebih berdampak di kota Banjar daripada di Kabupaten Ciamis," pungkasnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |