Peristiwa Daerah

Gunungan Busa Di Muara Sungai Tambak Wedi, Ini Penjelasan DLH Jatim

Senin, 22 Maret 2021 - 20:48 | 89.43k
Gunungan busa di muara Sungai Tambak Wedi Surabaya. (FOTO: Dok. Ecoton)
Gunungan busa di muara Sungai Tambak Wedi Surabaya. (FOTO: Dok. Ecoton)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Muara Sungai Tambak Wedi Surabaya, tepatnya di pintu masuk air Sungai Tambak Wedi Surabaya seringkali terlihat ada banyak gunungan busa. Sekilas gunungan busa tersebut nampak indah seperti salju, namun bagaimana tanggapan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Timur soal busa-busa tersebut.

Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, DLH Jatim, Handoko menjelaskan bahwa timbulnya busa di dekat rumah pompa Sungai Tambak Wedi memang seringkali terjadi, terutama ketika rumah pompa sedang dijalankan, sehingga menyebabkan adanya turbulensi atau tekanan pada permukaan air sungai yang mengakibatkan timbulnya busa.

Advertisement

“Gambaran sederhananya, jika kita mencuci baju dengan detergen, lalu air bekas cucian kita biarkan, maka busa tidak akan banyak yang muncul. Tapi, ketika airnya kita aduk, atau dikocak-kocak, maka busa akan terbentuk, semakin kuat kita mengaduk, semakin banyak busa yang akan timbul,” ujar Handoko, Senin (22/3/2021)

Handoko menjelaskan bahwa, Fenomena timbulnya busa pada Sungai Tambak Wedi tersebut tidak terlepas dari kualitas air sungai pada lokasi paling hilir atau dekat muara. Saat DLH Jatim melakukan verifikasi lapangan pada tanggal 20 Maret 2021 kemarin, DLH Jatim telah melakukan pengambilan sampel pada 8 titik yang dijadikan representasi kualitas air sungai yang bermuara di sungai Tambak Wedi.

Gunungan-busa-di-muara-Sungai-Tambak-Wedi-Surabaya-2.jpg

Dari data di lapangan, didapati bahwa nilai pH dalam kondisi normal antara 6 hingga 9, walaupun nilai parameter lainnya seperti BOD, COD, TSS, dan Phospat maupun MBAS (deterjen) sebagai indikator utama yang umum didapati sebagai kandungan penyebab busa atau buih, harus dianalisis terlebih dahulu di laboratorium UPT DLH Jatim selama 5 hingga 7 hari.

“Keberadaan sabun atau detergan dapat memicu timbulnya busa. Sumber detergen pada sungai, utamanya berasal dari aktifitas rumah tangga. Pencemaran detergen atau sabun tentunya tidak hanya disebabkan oleh mereka yang tinggal di bantaran sungai, tetapi juga seluruh rumah yang membuang air limbah ke saluran drainase (selokan) yang pada akhirnya bermuara ke sungai,” paparnya.

Selain limbah rumah tangga, aktifitas industri juga bisa menyumbangkan limbah detergen atau sabun maupun fosfat. Meski demikian, Industri sudah diwajibkan untuk melaksanakan pengelolaan air limbah, dan hanya diperbolehkan membuang air limbah ke Sungai atau laut jika telah mendapatkan Izin Persetujuan Teknis, Surat Kelayakan Operasional (SLO) Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), serta memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Jika melanggar maka akan dikenakan sanksi, baik adminsitrasi ataupun pidana.

“Tentunya, kejadian sungai berbusa seringkali terjadi diberbagai daerah maupun negara lain, baik yang disebabkan oleh fenomena alami maupun akibat pencemaran sabun atau detergen. Sungai berbusa utamanya terjadi pada negara-negara yang belum memiliki sarana pengolahan air limbah domestik yang memadai,” jelas Handoko.

Lembih lanjut, Handoko mengatakan bahwa negara-negara maju umumnya memiliki Sewerage System. Yakni sebuah sistem mengelolah Air Limbah domestik dari rumah-rumah penduduk dialirkan kedalam saluran perpipaan yang terpisah dari saluran air hujan, untuk kemudian diolah pada IPAL perkotaan, sebelum dibuang ke Sungai atau Laut. Dengan demikian potensi pencemaran busa sabun atau detergen relatif lebih kecil.

“Jawa Timur, dalam hal ini Surabaya, belum memiliki Sewerage System sehingga hampir seluruh air limbah dari rumah-rumah penduduk dialirkan ke saluran drainase dan bermuara pada sungai. Dengan demikian, tidak mengejutkan jika fenomena munculnya busa akan sering terjadi secara berulang di sungai-sungai di Jawa Timur,” tuturnya

Solusi dari permasalahan tersebut kata Handoko, tentunya tidak membutuhkan dana yang sedikit. Membangun infrastruktur Sewerage System memerlukan biaya yang sangat besar dan persetujuan masyarakat untuk melaksanakan pembongkaran sebagian lantai rumahnya agar dapat terkonekasi dengan system pengelolaan air limbah yang baru.

“Hal lain yang mungkin dapat diupayakan adalah menghimbau kepada masyarakat untuk beralih menggunakan sabun atau detergen ramah lingkungan, yang tentunya memiliki harga yang lebih besar dari sabun atau detergen biasa,” tutup kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan DLH Jatim itu. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES